Keliling Malang Part 2 (Coban Rondo dan Museum Satwa)

Akhirnya setelah kenyang makan ketan susu, kami memutuskan mencari hostel yang sudah kami booking dari booking.com. Hari yang sudah gelap, membuat kami agak kesulitan mencari lokasi hostel dimaksuud. Tanya tukang ojekpun gak ada yang tahu. Tapi dengan segala daya upaya (lebay) alhamdulillah akhirnya ketemu juga.

Papan nama homestaynya memang kecil. Kalau malam memang agak kurang jelas terlihat. Setibanya di sana ada Mas-mas di lobi homestay. Saya pun mengeluarkan bukti bookingan homestay dan si Mas-mas menjelaskan kalau kamar yang sudah saya booking tidak ada AC nya. Aduh saya agak kecewa yah. Awalnya saya booking 2 kamar dengan harga per kamar 250.000 per malam. Melihat wajah kecewa saya, si Mas-mas menawarkan kamar lainnya dengan tipe keluarga, bisa untuk empat orang dengan dua tempat tidur besar, dan kali ini ada AC, berikut sarapan dengan harga 350.000/malam. Waw… otak hemat saya tiba-tiba tersenyum. Bisa hemat 150.000 kan, ayeee… Akhirnya kami putuskan mengambil kamar tersebut. Ah senangnya booking hotel bisa se-fleksibel ini.

Badan yang lelah membuat kami langsung bersih-bersih dan langsung istirahat, mengingat masih banyak tempat-tempat keren yang akan kami kunjungi esok hari. Gak sempat juga ambil foto kamar homestay nya. Tapi saya deskripsikan aja yah, kamarnya bersih, pintu masuk langsung kamar mandi ada di dalam, air hangat, dan perlengkapan mandi kumplit. Tempat tidur ukuran sedang ada dua, televisi layar datar, dan colokan ada. Pokoknya buat bermalam saja cukuplah.

Selepas sholat shubuh, Ibu dan Bapak memilih berjalan-jalan keluar homestay. Sedangkan Zaki ya… tentu saja memilih untuk bogiiii alias bobo pagi. Heran deh gak di mana-mana, ritual bobo pagi itu tidak pernah dilewatkan.

Lokasi homestay O3 memang strategis. Terletak di antara Jatim Park 2 dan Batu Night Spectacular. Dari jalan besar, ambil kiri dan hanya kurang lebih 200 meter saja. Serunya lagi O3 homestay juga dekat dengan rumah penduduk, sawah, dan sekolah. Penduduk mungkin sudah melihat potensi daerahnya sebagai tempat wisata, sehingga sepanjang homestay kami juga banyak homestay lainnya.

O3 Hometsay Malang
O3 Homestay

Loby O3 Homestay

Loby O3 Homestay

O3 Homestay tampak depan
O3 Homestay tampak depan

Setelah mandi saya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar homestay, siapa tahu ada yang menarik. Benar saja, saya bertemu dengan Ibu-ibu yang akan berangkat ke ladang dan sedikit bercerita, tapi cerita itu nanti saja saya ceritakan tersendiri.

Jalan-jalan di Sekitar O3 Homestay
Jalan pagi di sekitar O3 Homestay

Pagi itu di 03 homestay memang ada beberapa tamu yang menginap selain kami. Sarapan pagi itu sudah siap, dan si Ibu koki yang memasak dengan ramahnya menawarkan kami untuk sarapan pagi. Ternyata Ibu saya yang emang hobi ngobrol dapat bocoran kalau si Ibu Koki adalah Ibunya empunya O3 homestay ini. Semua diberdayakan, usaha keluarga.

Menu Sarapan ala O3 Homestay
Menu sarapan ala O3 Homestay
Sarapan ala O3 homestay
Sarapan ala O3 homestay, gak ketinggalan teh manis hangat
Bapak dan Ibu sedang sarapan
Bapak dan Ibu sarapan
Bincang Pagi Ibu sama Koki Homestay
Bincang Pagi Ibu sama Koki Homestay, seru banget. Saking semangatnya tangannya menutupi wajah, aduh padahal mau di candid. Hehehe

Menu sarapan pagi kami itu memang agak berat. Nasi putih, mie goreng, ayam kecap, sayur tahu bumbu kuning dan kerupuk. Ada hal yang membuat saya heran. Kota Batu adalah penghasil sayur mayur, tetapi kenapa di menu sarapan kami tidak ada menu sayurnya. Hahahaha. Pertanyaan yang seringkali saya tanyakan dan jawabannya entahlah. Di Indonesia itu sudah terbiasa kalau mie goreng yang jelas-jelas karbohidrat itu dijadikan lauk pauk. Unik yah negeriku. Hihihihihihihi.

Awalnya kami masih bingung, akan ke Bromo atau tidak dan apakah kami masih akan tetap menginap di O3 homestay atau tidak. Akhirnya setelah berdiskusi dengan supir rental kami Mas Pego, kalau kami ingin ke Bromo, baiknya dari Malang kota saja, jadilah kami langsung check-out pagi itu. Jadi, satu hari nanti kami akan habiskan di batu, sorenya kami akan menuju Malang kota. Selesai pembayaran kami pun menuju ke Air Terjun Coban Rondo. Dari Batu masih sekitar 30 menit perjalanan ke arah puncak. Pemandangan hutan pinus di kanan dan kiri meneyejukkan mata. Kami juga bisa melihat Kota Batu dari ketinggian.

Perjalanan Menuju Coban Rondo
Perjalanan menuju Air Terjun Coban Rondo
Pemandangan Kota Batu dari atas
Kota Batu tampak dari atas

Tiba di Coban Rondo, ternyata ada pekerjaaan perbaikan bendungan karena banjir yang belum lama terjadi. Debit air yang besar membuat tanggul hancur dan masyarakat di sana bergotong royong memperbaiki tanggul sungai.

Gerbang Air Terjun Coban Rondo
Si Ibu iseng di Gerbang Air Terjun Coban Rondo
Cerita Legenda Air Terjun Coban Rondo
Cerita Legenda Air Terjun Coban Rondo
Jalan Menuju Air Terjun Coban Rondo
Jalan Menuju  Air Terjun yang sudah bagus

Musim hujan debit air terjun cukup deras. Papan pengumuman agar pengunjung tidak mandi di air terjun sepertinya menjelaskan kalau kami hanya bisa foto-foto dan menikmati pemandangan, tidak untuk merasakan seberapa dalam atau dingin airnya. Tapi kami puas. Debit air yang besar, membuat air terjun terlihat bagus.

Air Terjun Coban Rondo
Air Terjun Coban Rondo dan Papan Peringatan Bagi Pengunjung
IMG_3213
Di Bawah AIr Terjun Coban Rondo, airnya deras sampai kayak kehujanan

Hawa di sana sejuk pake banget, dan karena bukan hari libur, bisa dibilang waktu itu sepi pengunjung. Dari parkiran ke lokasi air terjun, tidak terlalu jauh. Jalannya pun sudah bagus, aspal, tidak licin. Fasilitas seperti toilet umum untuk mandi pun gratis loh dan yang penting bersihnya itu, patut diacungi jempol. Seperti tempat wisata pada umumnya, banyak penjaja makanan dan minuman.

Puas menikmati air terjun kami menyudahi kunjungan kami dengan membeli jagung bakar. Di perjalanan pulang kami juga sempat berhenti untuk berfoto-foto.

Dari Coban Rondo kami menuju Jatim Park 2 dengan membeli tiket terusan sebesar 85.000 saja dengan tujuan Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Museum Bagong, dan Eco Park. Mbak-mbak penjual tiket menganjurkan agar kami ke Museum Bagong terlebih dahulu, karena tutup paling awal yaitu jam 4 sore. Berhubung jarak dari Jatim Park 2 ke Museum Bagong jauh dan kami harus menunggu kereta yang mengantar, kami putuskan untuk ke museum satwa. Kami pikir satu jam cukuplah untuk berkeliling di Museum Satwa.

Museum Satwa
Museum Satwa

 

Museum satwa di Jatim Park 2 kali ini tidak seperti museum biasa seperti museum di Taman Mini. Museum Satwa dirancang lebih menarik. Ketika masuk kita akan disuguhi sangkar burung raksasa, masuk lebih dalam, akan ada replika salah satu keluarga dinosaurus yang sangat besar. Tidak hanya replika yang biasanya di letakkan di dalam lemari kaca seperti museum pada umumnya. Belum lagi replika gajah raksasa atau Mammoth, lalu ada replika gunung es seperti di kutub utara lengkap dengan beruang kutubnya.

Sangkar Burung Raksasa
Sangkar Burung Raksasa
Replika Dinosaurus
Replika Dinosaurus
Replika Mammoth
Replika Fosil Gajah 
Trick Art di Museum Satwa
Bapak dan Ibu berfoto Trick Art di Museum Satwa

Menariknya lagi replika dan semua dekorasi diciptakan sedemikian rupa agar pengunjung bisa mengambil gambar dengan menarik. Hewan-hewan yang dipamerkan di sini kebanyakan memang replika atau buatan. Tapi sangat mirip dengan aslinya. Luar biasa deh yang bikin. Pengelompokkan peraga hewan dibedakan sesuai habitat dan jenis hewan. Misalnya hewan laut, di sana ada tempat simulasi pelalangan ikan di kampung nelayan. Ikan segar yang digantung ataupun ikan asin yang sedang dijemur.

Tempat Pelelangan Ikan
Replika Tempat Pelelangan Ikan di Desa Nelayan
Beruang Salju
Groufie di depan Beruang Kutub

Selain dipamerkan hewan-hewan, di museum ini juga ada ruang tempat peraga audiovisual, jadi pengunjung yang sebagian besar anak usia sekolah bisa mendapat penjelasan dengan lebih lengkap. Tidak ketinggalan ada juga cafe di dalam museum ini.

Informasi Menarik di Museum Satwa
Selain bentuk fisik satwa, info menarik seputar satwa juga tersedia.
Akuarium
Akuarium Raksasa

Tidak terasa lebih dari satu jam berkeliling museum satwa. Masih ada beberapa tempat yang harus kami datangi dengan tiket terusan Jatim Park 2. Kunjungan kami berikutnya adalah Batu Secret Zoo, dan Museum Bagong yang akan bersambung di Episode Keliling Malang Part 3. Kalau dilanjutkan di sini takutnya yang baca kebosanan. Hahahaha. Itu alasan saya aja sih yang udah kecapekan ngetiknya. Hehehe.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keliling Malang bareng Bapak Ibu (Zangrandi, Museum Angkut, D’Topeng)

Helllooooo…. saya kembali. Hihihi. Semoga aja ada yang kangen baca tulisan blog saya. Sudah sebulan gak update blog nih. Februari memang bulan yang sibuk banget buat saya (sok sibuk aja padahal) dan alhamdulillah waktunya traveling. Nah setelah pulang traveling, males deh. Alasannya tiap weekend ada aja agenda keluar rumah. Kalaupun gak ada, ya waktunya bersih-bersih ataupun hanya mager (males gerak) menikmati sofa, leyeh-leyeh, main hape, dan oh ya kembalinya mood menonton drama Korea, jadinya bikin mood nulis saya gak dateng-dateng. Hehehe. Ada aja kan alasannya. Males nulis ya malas ajah.

Acara nikahan adik ipar saya di Surabaya kemarin, membuat saya berencana untuk traveling ke Malang. Jujur aja, November kemarin saya sudah outbond kantor ke Malang. Tetapi namanya juga jalan bareng rombongan ya gak banyak yang didatangi dan Malang memang kota yang asyik buat dikunjungi berulang kali. Outbond kemarin saya hanya dapat siraman rohani biar semangat ala motovator, rafting di Pujon, Museum Angkut, Museum Satwa, belanja oleh-oleh, dan main sepeda di sekitar Hotel Harris Malang.

Traveling kali ini agak berbeda buat saya, karena saya yang biasanya duet traveling bareng suami, kali ini mengajak Bapak dan Ibu. Hanya Bapak dan Ibu saya aja, karena Bapak dan Ibu mertua masih kerja dan mereka gak mau cuti lagi (karyawan teladan, patut di contoh). Awalnya bahkan kami mau traveling ke Malang dengan saudara-saudara ipar saya tetapi karena masing-masing punya keperluan dan kepentingan yang beragam, jadilah kami hanya berempat ke Malang. Meskipun ada tiga keluarga suami yang ke Malang, tetapi kami punya itinerary masing-masing dan jalan terpisah.

Perjalanan kami dari Surabaya start jam 9 pagi dengan mobil rental. Kami mampir ke Pasar Genting untuk beli oleh-oleh. Di sana saya hanya beli Teng-Teng Mente dan Sambal Bu Rudi yang harganya bisa dua kali lipat kalo udah nongkrong di Mall Jakarta.

Sambal Fenomenal Bu Rudi
Sambal Bu Rudi harganya sebotol 25 ribu

Dari Pasar Genting, kami mampir ke Warung Es Krim legendaris Zangrandi yang terletak di Pusat Kota Surabaya. Dua hari di Surabaya agak menyesal menyia-nyiakan waktu di kamar Asrama Haji yang memang asri. Ternyata banyak spot-spot menarik di Surabaya yang dikunjungi. Sepertinya next trip yah. Ahseeekk…

Es Krim Zangrandi, Surabaya
Menikmati manisnya Es Krim di Kedai Zangrandi dan senyum Ibu. 🙂

Dari Surabaya, kami beranjak ke Malang. Perjalanan Surabaya ke Malang normalnya kurang lebih tiga jam. Kami istirahat sebentar di sebuah Pom Bensin untuk sholat dan ke toilet. Hujan deras mengiringi perjalanan kami ketika kami tiba di Kota Malang. Tujuan kami memang langsung menuju Kota Batu. Tiba di Kota Malang, kami berhenti untuk makan siang di jalan Surabaya-Malang tepatnya di Warung Sate Hotplate. Alasannya kami makan di sini, ada pilihan selain ayam dan daging dimana saya sudah males banget makan menu itu, masuk list rumah makan enak di Malang, dan yang paling penting tempat parkirnya ada.

Menu yang kami pesan benar-benar menu rumahan. saya dan Ibu memilih telor dadar dan sayur asam. Sedangkan Zaki dan Bapak pilih sate kambing dan lalapan. Cuaca yang dingin membuat kami memilih minuman hangat, kecuali Zaki yang pilih es jeruk.

Sate Hot Plate Malang
Sate Hot Plate, telor dadar, dan tempe goreng. Sayur asem belom dateng. Udah keburu laper… hehehe

Perut kenyang hati senang, apalagi harganya juga tidak terlalu mahal. Makan berlima habis kurang lebih 150 ribu. Kami berlima ya, bareng Pak Supir rental yang pesan sate kambing.

Hujan masih menguyur Kota Malang kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Batu, tepatnya ke Museum Angkut. Tiba di Museum angkut sekitar jam 14:30. Berhubung weekend, harga tiket menjadi 80 rb ditambah terusan untuk ke Museum D’Topeng, totalnya 90 rb.

Museum Angkut memang museum yang sangat direkomendasikan jika kamu jalan-jalan ke Batu. Semua cerita alat angkut ada di sini. Tetapi apa coba alat angkut yang paling hebat dan bisa membawa kamu kemana saja? Jawabannya adalah uang. Hehehe bener juga siy.

Koleksi Uang di Museum Angkut
Koleksi Uang Berbagai Negara
Museum Angkut Malang
Uang termasuk alat angkut yang hebat bukan? 🙂
Museum Angkut
Simulasi Kokpit Pesawat
Koleksi Sepeda Onthel di Museum Angkut
Koleksi Sepeda Ontel di Museum Angkut
Replika Kota Tua di Museum Angkut
Replika Kota Tua di Museum Angkut
Koleksi Museum Angkut
Mobil dan Motor Jadul

Namanya saja museum angkut ya, di sini memang wajar jika yang ditampikan berbagai macam alat angkut dari yang sangat tradisional seperti gerobak sampai mobil yang dipakai Presiden, dan mobil-mobil yang paling keren di masanya. Keunikan yang dimiliki museum ini adalah design tempatnya yang dibuat untuk membuat pengunjung benar-benar menikmati museum. Buat orang awam seperti saya yang memang gak terlalu suka dan gak mengerti tentang mobil-mobil keren atau apalah. Tempat ini sangat menarik buat foto-foto, belajar sejarah alat angkut, games pengetahuannya yang kreatif, sampai penyajian miniatur-miniatur Kota-kota besar dunia seperti London, Paris, Berlin, Italia, New York yang gak kalah tampilannya sama Universal Studio nya Singapura.

Pokoknya saya bangga banget di Indonesia ada museum keren kayak begini. Pokoknya jauh sama kesan museum yang membosankan dan menjemukan. Apalagi buat yang suka selfie atau foto, sediakan waktu seharian penuh untuk mengunjungi museum ini. Selain waktu, kalian juga butuh banget tenaga terutama kaki yang kuat buat berkeliling.

Tembok Berlin, Museum Angkut
Mejeng di depan tembok Berlin
Museum Angkut Big Ben
Berdua sama Ibu…
Museum Angkut
Mobil Kuno 🙂

Meskipun seharian kamu di Museum, jangan khawatir kelaparan. Di dalam area museum ini ada Pasar Apung seperti yang terdapat di Lembang Bandung. Pasar yang menjajakan berbagai macam makanan di sebuah perahu yang terapung. Selain makanan ada juga souvenir yang dijual. Pokoknya kumplit deh.

Pasar Apung Museum Angkut
Pasar Apung Museum Angkut

Puas berkeliling di Museum Angkut, kami masih punya satu tiket museum lagi, yaitu museum D’Topeng. dari namanya saja kita pasti sudah tahu, ini museum topeng yang isinya topeng-topeng dari daerah di seluruh Indonesia. Ah pasti layaknya Museum Wayang di Jakarta, paling sebentar karena kami pasti hanya berkeliling dan lihat-lihat (begitu pikir saya di awal).

Kami segera masuk dengan hanya menunjukkan gelang di lengan kami sebagai tanda masuk ke Museum D’Topeng. Tiba di dalam Museum, seorang pemandu kemudian mendekati kami dan kemudian menemani kami berkeliling museum sambil menjelaskan benda-benda yang dipajang (bayangan saya salah).

Kita sebut saja Mas-mas Pemandu soalnya saya lupa namanya. Selain menjelaskan tentang sejarah benda-benda di sini, asal muasal, dan keistimewaannya, sesekali mas-mas pemandu juga suka melucu. Mungkin untuk menghilangkan jika pengunjung mulai bosan mendengarkan celotehnya. Asyik juga sih, dengan begitu kami malah semangat terus untuk bertanya ini itu.

D'Topeng Museum
Mas-mas pemandu sedang menjelaskan patung sembahan nenek moyang

Selain topeng, sebenarnnya museum ini juga berisi kekayaan budaya Indonesia. Mulai dari batik dengan keunikan di berbagai daerah di Indonesia, barang-barang peninggalan nenek moyang seperti tombak, alat-alat masak, dan masih banyak lagi. Pokoknya masuk ke dalam museum ini jadi tambah kaya pengetahuan tentang Indonesia. Makin bangga jadi orang Indonesia. Di Singapura adapun bukan punya bangsa mereka sendiri. Ini asli punya Indonesia. Bangganya saya. Maaf ya lebay.

Museum D'Topeng Malang
Makin bangga jadi orang Indonesia
D'Topeng Museum
Nice Quote

Waduh, gak rugilah nambah 10 ribu bisa masuk ke dalam museum keren begini. Pake pemandu dan dijelaskan lengkap lagi. Di penghujung museum, kita masih dapat bonus pertunjukkan musik keroncong. Boleh masukin uang sekedarnya juga. Pokoknya puaslah.

D'Topeng Museum

Pertunjukan Musik di D’Topeng Museum

Selesai berkeliling Museum D’Topeng, kami memutuskan untuk masuk lagi ke Museum Angkut yang setiap jam lima sore ada parade mobil. Eh, sayang di sayang setibanya kami di sana, paradenya sudah selesai dan yang ada kami tinggal disuguhi orang dengan berbagai kostum sehabis berparade yang berjoget-joget dengan musik yang jedung jedung yang bikin kepala saya muter. Kami pun memutuskan untuk keluar museum dan rencananya mau ke Batu Naight Spectacular (BNS).

Gerimis yang masih mengguyur Kota Batu tidak mengalahkan tekad kami. Setibanya di BNS kami berencana untuk makan malam saja. Tetapi setelah kami turun dari mobil dan mau membayar tiket masuk, terlihat dengan jelas kalau di dalam BNS sebenarnya banyak wahana permainan outdoor. Ah sepertinya sayang sekali kalau kami harus bayar hanya untuk makan yang pasti menunya alakadarnya. Kami pun memutuskan untuk meninggalkan BNS dan menuju alun-alun Kota Batu untuk menikmati ketan susu Legenda yang terkenal itu.

Sepertinya hukumnya wajib kalau ke Batu harus mencicipi ketan Legenda di Alun-Alun Kota Batu. Kedainya kecil, tetapi antrian pengunjungnya luar biasa. Kali ini kami beruntung antriannya tidak terlalu ramai. Mungkin karena hujan.

Menunya tentu saja ketan dengan berbagai macam toping. Ada toping keju, susu, duren, dan yang original adalah ketan dengan toping bubuk kacang kedelai. Ketannya memang pas tidak terlalu banyak apa yang istimewa saya juga tidak tahu. Rasanya sih sama saja dengan ketan yang saya makan di mana-mana.

Ketan Legenda Kota Batu
Ketan Legenda di Alun-alun Kota Batu sejak tahun 1967
Ketan Legenda Batu
Ketan Keju Susu
Ketan Legenda Kota Batu
Ketan Bubuk Kacang Kedelai
Warung Ketan Legenda
Wedang Uwuh dan Susu Jahe Madu

Teman makan ketan yang cocok di saat hujan apalagi kalau bukan wedang susu jahe ataupun susu murni. Kota Batu memang banyak terdapat peternakan sapi dan penghasil susu murni. Selain susu ada juga wedang uwuh yang berisi rempah-rempah yang dapat menghangatkan tubuh.

Warung Ketan Legenda buka sejak pukul 17:00 sampai tengah malam atau sampai habis. Sepertinya kami tidak perlu makan malam lagi. Sepiring ketan dan segelas wedang jahe sudah cukup mengenyangkan. Kami pun bergegas karena antrian sudah mulai panjang. Selain itu kami ingin cepat-cepat merebahkan badan yang sudah gemeretak. Belum lagi masih harus mencari lokasi penginapan yang sudah kami booking sebelumnya melalui booking.com

Bersambung di episode ke 2 perjalanan bareng Bapak dan Ibu ke Malang di Post selanjutnya ya. Keesokan harinya kami akan mengunjungi Coban Rondo, Batu Secret Zoo, Museum Satwa, Museum Tubuh, dan di hari terakhir kami akhirnya ke Bromo. Yeay… ditunggu yah.