Akhirnya setelah kenyang makan ketan susu, kami memutuskan mencari hostel yang sudah kami booking dari booking.com. Hari yang sudah gelap, membuat kami agak kesulitan mencari lokasi hostel dimaksuud. Tanya tukang ojekpun gak ada yang tahu. Tapi dengan segala daya upaya (lebay) alhamdulillah akhirnya ketemu juga.
Papan nama homestaynya memang kecil. Kalau malam memang agak kurang jelas terlihat. Setibanya di sana ada Mas-mas di lobi homestay. Saya pun mengeluarkan bukti bookingan homestay dan si Mas-mas menjelaskan kalau kamar yang sudah saya booking tidak ada AC nya. Aduh saya agak kecewa yah. Awalnya saya booking 2 kamar dengan harga per kamar 250.000 per malam. Melihat wajah kecewa saya, si Mas-mas menawarkan kamar lainnya dengan tipe keluarga, bisa untuk empat orang dengan dua tempat tidur besar, dan kali ini ada AC, berikut sarapan dengan harga 350.000/malam. Waw… otak hemat saya tiba-tiba tersenyum. Bisa hemat 150.000 kan, ayeee… Akhirnya kami putuskan mengambil kamar tersebut. Ah senangnya booking hotel bisa se-fleksibel ini.
Badan yang lelah membuat kami langsung bersih-bersih dan langsung istirahat, mengingat masih banyak tempat-tempat keren yang akan kami kunjungi esok hari. Gak sempat juga ambil foto kamar homestay nya. Tapi saya deskripsikan aja yah, kamarnya bersih, pintu masuk langsung kamar mandi ada di dalam, air hangat, dan perlengkapan mandi kumplit. Tempat tidur ukuran sedang ada dua, televisi layar datar, dan colokan ada. Pokoknya buat bermalam saja cukuplah.
Selepas sholat shubuh, Ibu dan Bapak memilih berjalan-jalan keluar homestay. Sedangkan Zaki ya… tentu saja memilih untuk bogiiii alias bobo pagi. Heran deh gak di mana-mana, ritual bobo pagi itu tidak pernah dilewatkan.
Lokasi homestay O3 memang strategis. Terletak di antara Jatim Park 2 dan Batu Night Spectacular. Dari jalan besar, ambil kiri dan hanya kurang lebih 200 meter saja. Serunya lagi O3 homestay juga dekat dengan rumah penduduk, sawah, dan sekolah. Penduduk mungkin sudah melihat potensi daerahnya sebagai tempat wisata, sehingga sepanjang homestay kami juga banyak homestay lainnya.

Loby O3 Homestay

Setelah mandi saya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar homestay, siapa tahu ada yang menarik. Benar saja, saya bertemu dengan Ibu-ibu yang akan berangkat ke ladang dan sedikit bercerita, tapi cerita itu nanti saja saya ceritakan tersendiri.

Pagi itu di 03 homestay memang ada beberapa tamu yang menginap selain kami. Sarapan pagi itu sudah siap, dan si Ibu koki yang memasak dengan ramahnya menawarkan kami untuk sarapan pagi. Ternyata Ibu saya yang emang hobi ngobrol dapat bocoran kalau si Ibu Koki adalah Ibunya empunya O3 homestay ini. Semua diberdayakan, usaha keluarga.




Menu sarapan pagi kami itu memang agak berat. Nasi putih, mie goreng, ayam kecap, sayur tahu bumbu kuning dan kerupuk. Ada hal yang membuat saya heran. Kota Batu adalah penghasil sayur mayur, tetapi kenapa di menu sarapan kami tidak ada menu sayurnya. Hahahaha. Pertanyaan yang seringkali saya tanyakan dan jawabannya entahlah. Di Indonesia itu sudah terbiasa kalau mie goreng yang jelas-jelas karbohidrat itu dijadikan lauk pauk. Unik yah negeriku. Hihihihihihihi.
Awalnya kami masih bingung, akan ke Bromo atau tidak dan apakah kami masih akan tetap menginap di O3 homestay atau tidak. Akhirnya setelah berdiskusi dengan supir rental kami Mas Pego, kalau kami ingin ke Bromo, baiknya dari Malang kota saja, jadilah kami langsung check-out pagi itu. Jadi, satu hari nanti kami akan habiskan di batu, sorenya kami akan menuju Malang kota. Selesai pembayaran kami pun menuju ke Air Terjun Coban Rondo. Dari Batu masih sekitar 30 menit perjalanan ke arah puncak. Pemandangan hutan pinus di kanan dan kiri meneyejukkan mata. Kami juga bisa melihat Kota Batu dari ketinggian.


Tiba di Coban Rondo, ternyata ada pekerjaaan perbaikan bendungan karena banjir yang belum lama terjadi. Debit air yang besar membuat tanggul hancur dan masyarakat di sana bergotong royong memperbaiki tanggul sungai.



Musim hujan debit air terjun cukup deras. Papan pengumuman agar pengunjung tidak mandi di air terjun sepertinya menjelaskan kalau kami hanya bisa foto-foto dan menikmati pemandangan, tidak untuk merasakan seberapa dalam atau dingin airnya. Tapi kami puas. Debit air yang besar, membuat air terjun terlihat bagus.


Hawa di sana sejuk pake banget, dan karena bukan hari libur, bisa dibilang waktu itu sepi pengunjung. Dari parkiran ke lokasi air terjun, tidak terlalu jauh. Jalannya pun sudah bagus, aspal, tidak licin. Fasilitas seperti toilet umum untuk mandi pun gratis loh dan yang penting bersihnya itu, patut diacungi jempol. Seperti tempat wisata pada umumnya, banyak penjaja makanan dan minuman.
Puas menikmati air terjun kami menyudahi kunjungan kami dengan membeli jagung bakar. Di perjalanan pulang kami juga sempat berhenti untuk berfoto-foto.
Dari Coban Rondo kami menuju Jatim Park 2 dengan membeli tiket terusan sebesar 85.000 saja dengan tujuan Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Museum Bagong, dan Eco Park. Mbak-mbak penjual tiket menganjurkan agar kami ke Museum Bagong terlebih dahulu, karena tutup paling awal yaitu jam 4 sore. Berhubung jarak dari Jatim Park 2 ke Museum Bagong jauh dan kami harus menunggu kereta yang mengantar, kami putuskan untuk ke museum satwa. Kami pikir satu jam cukuplah untuk berkeliling di Museum Satwa.

Museum satwa di Jatim Park 2 kali ini tidak seperti museum biasa seperti museum di Taman Mini. Museum Satwa dirancang lebih menarik. Ketika masuk kita akan disuguhi sangkar burung raksasa, masuk lebih dalam, akan ada replika salah satu keluarga dinosaurus yang sangat besar. Tidak hanya replika yang biasanya di letakkan di dalam lemari kaca seperti museum pada umumnya. Belum lagi replika gajah raksasa atau Mammoth, lalu ada replika gunung es seperti di kutub utara lengkap dengan beruang kutubnya.




Menariknya lagi replika dan semua dekorasi diciptakan sedemikian rupa agar pengunjung bisa mengambil gambar dengan menarik. Hewan-hewan yang dipamerkan di sini kebanyakan memang replika atau buatan. Tapi sangat mirip dengan aslinya. Luar biasa deh yang bikin. Pengelompokkan peraga hewan dibedakan sesuai habitat dan jenis hewan. Misalnya hewan laut, di sana ada tempat simulasi pelalangan ikan di kampung nelayan. Ikan segar yang digantung ataupun ikan asin yang sedang dijemur.


Selain dipamerkan hewan-hewan, di museum ini juga ada ruang tempat peraga audiovisual, jadi pengunjung yang sebagian besar anak usia sekolah bisa mendapat penjelasan dengan lebih lengkap. Tidak ketinggalan ada juga cafe di dalam museum ini.


Tidak terasa lebih dari satu jam berkeliling museum satwa. Masih ada beberapa tempat yang harus kami datangi dengan tiket terusan Jatim Park 2. Kunjungan kami berikutnya adalah Batu Secret Zoo, dan Museum Bagong yang akan bersambung di Episode Keliling Malang Part 3. Kalau dilanjutkan di sini takutnya yang baca kebosanan. Hahahaha. Itu alasan saya aja sih yang udah kecapekan ngetiknya. Hehehe.