Cerita Menyapih Azzam :)

Tulisan ini sudah tersimpan di kotak penyimpanan sudah lama, lupa belum sempat dipost. Berhubung tanggal 1-7 Agustus adalah pekan ASI sedunia, mau cerita ah sedikit proses meyapih Azzam. Jujur awalnya sempat bingung mau bagaiaman caranya supaya tidak mengecewakan kedua belah pihak. Hahaha… Soalnya ya anak itu kan manusia yang utuh yang sudah sepatutnya diperlakukan sebagaimana kita ingin diperlakukan. Jadi gak tega kalau pakai adegan paksa memaksa. Harus pakai negosiasi lah hihihi…

Proses menyusui adalah sebuah proses yang penuh tantangan buat saya juga Azzam. Sebagai Ibu baru, minim pengalaman, awalnya saya mengira proses menyusui itu adalah proses alamiah yang pasti dapat dilalui dengan mudah oleh semua Ibu di dunia. Hewan aja bisa kok menyusui anaknya, moso iya saya gak bisa. Apalagi saya begitu menantikan anak saya, hamil dengan sangat niat (ya gimana gak niat sampai IVF), nunggunya lama pula. Begitu tahu hamil bahagianya kayak apa wah sangat tidak terkira.

Cerita proses perjuangan menyusui saya ada di sini MengASIhi Capek? Banget!

Alhamdulillah dengan segala perjuangan, saya lulus juga menyusui 6 bulan, lalu berlanjut sampai dua tahun. Segala model menyusui Azzam sudah fasih. Sampai alhamdulillah saya mulai sounding ke Azzam untuk proses memensiunkan proses menyusui sejak Azzam usia 20 bulan.

Pelan-pelan kasih tauk kalau Azzam sudah besar, nanti berhenti nenennya. Azzam sudah bisa makan donat, makan momogi, makan es krim, minum susu ultramilk. Yang nenen itu dedek bayi, yang belom bisa makan. “Iyahhhh…” jawab Azzam. Tapi ya iyah ketika itu saja. Udah di kasur mah lupa.

Suatu hari di tanggal 17 Februari 2021. Azzam hampir 2 tahun 4 bulan. Saya pulang kantor, sudah mandi, sudah bersih. Biasanya kalau sudah begitu Azzam langsung nagih. Iyah nagih nenen. Tapi sore itu, Ibu gak langsung menghampiri. Setelah menyapa, Ibu langsung bilang “Ibu mau minum dulu ya…”

“Iya Ibu, minum dulu. Biar Ibu gak sakit ya?” jawab Azzam

“Iyah. eh Ibu makan dulu deh.” kata Ibu lagi.

“Iya Ibu makan dulu, biar gak sakit ya Bu.”

“iyah… ih anak Ibu manis bener…”

“Bu, nenen Tante Uti berdarah. Sakit.” kata Azzam lagi.

“Kenapa?”

“Berdarah… Dek Anum angis (nangis)”

Setelah Ibu makan, Azzam minta dipangku Ibu, terus tanya, “Ibu nenennya sakit? Berdarah? Nggak kan Bu?” tanya Azzam

“Euhm… iya gak ya, tapi kalau Azzam nenenin terus mungkin bisa berdarah ya. Azzam mau nenen? Tapi kalau berdarah, udah ya gak usah.” Ibu nanya dan bersiap buka nenen.

“Nggak bu… jangan bu, gak usah buka…”

Jeng jeng… nah semenjak itulah Azzam berhenti nenen. Seminggu pertama malam-malam, kalau terbangun masih nangis-nangis minta nenen dan menolak ditawarin air putih, susu uht atau apapun. Katanya mau nenen aja. Tapi ah sudah tanggung, saya gak kasih dong, tepuk-tepuk aja terus. Azzam pun nangis tersedu-sedu sampai ketiduran. Insyaallah saya udah siap sih. Siap tega maksudnya. Awalnya gak tega. Tapi ya memang mau gak mau sih.

Sekarang sudah dua minggu. Alhamdulillah sudah makin mantabs gak nenennya. Azzam sendiri sudah sepenuhnya sadar dia sudah gak nen, dan kalau tidur juga gak nen.

Lalu konsekuensinya apa, setelah gak nen?

  • Jam tidur malam mundur. Awalnya jam 8 sudah ngantuk dan nen langsung tidur. Sekarang jam 9 baru mau naik tempat tidur, belum waktu membaca buku dan cerita-cerita mau tidur. Seringnya Bapak sekarang tidur lebih dulu daripada Azzam. Ibu juga pernah sih. Hehehehe.
  • Sedia cemilan macem-macem. Anaknya suka nanya, terus makan apalagi ya? Elahhh…
  • Sedia mainan yang bikin sibuk. Mulailah ibu, beli-beli mainan edukatif seperti puzzle juga playdoh misalnya.

PR tahun ini berikutnya adalah Toilet Training. Semoga bisa selesai tahun ini. Semangat Ibu dan Bapak.

Featured

Kenapa Sih Mau Jadi ASN?

Lagi musim daftar jadi Aparatur Sipil Negara (ASN) nih belakangan ini. Beberapa tahun belakangan katanya, menjadi pegwai pemerintah atau ASN merupakan profesi yang diincar mereka yang baru lulus kuliah. Pada umumnya alasan yang paling standar itu apalagi kalau bukan karena kepastian. Eh, tapi ada lagi gak sih alasan kenapa pada umumnya pencari kerja pengen sekali menjadi ASN. Berikut kira-kira menurut pengamatan dan survey kecil-kecilan wawancara dari teman-teman saya, kenapa sih kamu mau jadi ASN?

Orang tua adalah ASN atau pensiunan ASN

Orang tua selalu ingin melihat anaknya bahagia dan bekerja dengan tenang sampai tua. Menurut mereka menjadi ASN merupakan salah satu jalan mencapai kedamaian dalam hidup seperti zaman mereka waktu itu.

Adanya jaminan hari tua (pensiun)

Siapa yang gak mau dikasih gaji meski sudah gak bekerja? Semua orang mau kan? Tapi zaman sekarang kalau mau pensiun gak perlu jadi ASN juga bisa. Banyak Bank yang punya program dana pensiun.

Susah banget dipecat

ASN itu susah banget mecatnya. Prosedurnya panjang. Eh tapi sekarang udah lebih disiplin semenjak diberlakukannya sistem tunjangan kinerja. Kalau ada apa juga sebentar-sebentar dapat teguran

Kerjaannya santai kayak di pantai

Hellow… zaman kapan itu ngomongnya. Mending kalau mau jadi ASN kalian riset dulu deh ke beberapa ASN yang baru 3-5 tahun. Coba tanya mereka gimana kerjannya. Hahahhaha… Zaman netizen selalu bereaksi gini, banyak tuntutan cuy… Gaka da itu kerja mulai jam 10 jam 3 siang. ASN zaman sekarang itu kayaknya hampir 24 jam standby. Kebanyakan apa-apa sifatnya segera. Dinamis banget pokoknya lah… kubur dalam-dalam impian kerja antai kayak di pantai. Apalagi kalau anda masih single dan kos. Udah deh diandalkan sekali anda.

Banyak maklumnya untuk Ibu-ibu

Aduh, nanti saya dimarahin sama para feminist ini… ngomong gini. Tapi memang itu kenyataanya. Banyak mereka yang memilih jadi ASN karena kemudahannya kalau minta izin dalam rangka urusan keluarga. Mu ambil rapot anak dulu, mau anter anak ke sekolah dulu, atau apalah. Eh tapi sekarang gak segampang itu. Kalau mau izin ya siap-siap potong tunkin.

Kerja di Industri seperti tidak memiliki dunia lain

Untuk mereka yangs ebelumnya sudah mencicipi industri swasta yang memang sibuk, speertinya mereka ngiri lihat para ASN. Meskipun ya jelas gaji akan terjun bebas. Tapi ntah pendapatan ya… semakin sibuk tentunya semakin lumayan dong

Bisa keliling Indonesia bahkan dunia

Ini buat yang mengincar di instansi pusat ya. Betul kalian akan punya kesempatan untuk melihat sudut Indonesia dari lebih dekat. Lumayan banget buat update feed di sosmed. Selain itu dari perjalanan itu akan ada uang saku yang akan bisa menambah pundi-pundi rekening kamu. Kalau ada waktu, bahkan bisa sekalian jalan-jalan dong. Uhuy

Bisa ikut membangun negara dan bangsa tercinta

Cita-cita yang sungguh mulia. Jangan cuma ngomel-ngomel aja di sosmed kau. Ayo berbuat ikutan terlibat, dan rasakan nikmatnya. Hehehehe…

Idaman calon mertua

Gak bohong, memang banyak orang tua yang kalau melihat calon menantunya ASN, udah lampu hijau banget ya… tapi kayaknya tetap perlu wawancara lagi sih. Kalau saya sih akan saya tanya gajinya berapa pendapatan berapa… (buat yang ngerti aja)

Kira-kira begitu ya kenapa banyak orang berminat menjadi ASN. Namun, yang perlu digaris bawahi, buat teman-teman yang masih mencari-cari, untuk menjadi sukses dan bahagia tidak hanya melulu menjadi ASN. Semakin dewasa dan bertumbuh, yang terpenting ketika menjalani hidup dengan bahagia dan apapun yang bisa membayar segala kebutuhan hidupmu, ya dijalani saja.

Mungkin ada yang mau menambahkan, di sini kenapa tertarik menjadi ASN atau bahkan ada yang sama sekali gak tertarik, monggo ya…

Featured

Apa Kabar Ibu WFH dengan Batita?

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 20210729_085455.jpg
Suasana rumah ketika WFH berdua bareng Azzam :)))

Buat Ibu-ibu bekerja macam saya, Work From Home yang diterapkan kantor selama masa pademi itu seperti pisau bermata dua. Iyah semua hal kayaknya juga seperti itu ya, ada sisi positif dan negatifnya. Kali ini saya mau bahas ini ah. Buat kenang-kenangan nanti kalau suatu hari pandemi berakhir. Ih pernah begini loh… Hahahaha. Apa aja sih sisi positif dan negatifnya dari Ibu dengan batita yang juga harus WFH. Meski banyak yang bilang bisa WFH dengan gaji yang aman adalah sebuah privilege

Sisi PositifSisi Negatif
Aman dari virus-virus yang berkeliaran di luar. Gak perlu rempong ke kantor kayak mau perang, masker double dan mensugesti diri kalau di luar akan aman dan baik-baik sajaMemang aman sih dari virus… tapi… kesehatan jiwa dan raga diuji, karena Ibu susah buat kerja. Anaknya maunya main ditemani Ibu  
Bisa menjalin ikatan dengan anak. Asyiiikk… bisa main sama anak di rumah.Kenyataannya memang iya, ikatan begitu snagat erat bahkan anak nempel terus sama Iboooo… Maunya dipangku terus. Mau nimbrung pas zoom meeting. Kepo lihat teman-teman Ibu, pengen ikutan pencet-pencet laptop (saya sudah ganti keyboard dan keyboard baru pun huruf C udah copot)  
Asyiiik bisa stimulasi anak, bisa nih no gadget seharian. Bisa… aku pasti bisa.  Ampuuunnn Ibu nyerah, mau zoom meeting, harus jadi asrot, notulen, nih nak nih Tab, nih nonton Baby Bus nih, nih Nusa Rara nih… wkwkkwk
Bisa tidur siang… eh…  Boro-boro tidur siang. Kalau sama Ibu, si anak susah banget tidurnya. Malah ngajak main melulu… Giliran sama Mbak 5 menit langsung pules.
Bisa melakukan banyak hal seperti hobi dengan tanaman, foto-foto cantik, de el el de el el  Boro-boro mau melakukan hobi, anak bisa makan lahap 3 kali sehari dengan jadwal cemilan yang gak ke skip, aja udah alhamdulillah
Bisa kali nih nyambi cari sampingan jualan onlenYa Allah… sampingannya terganti sama bolak balik beresin mainan yang gak sengaja keinjek Ibu…
Sisi positif negatif WFH untuk Ibu dengan Batita

Kalau sudah gitu gimana dong?

Kalau saya awal-awal WFH sih y aitu mencoba menikmati seolah-olah saya Ibu rumah tangga, kerjanya sampingan. Tapi semakin kesini kerjaan makin wow, dan kok kayaknya gak ada mikirin tuh, lo di rumah sambil nggurus anak apa nggak. Terus kok ya jadi agak kurang professional gitu.

Terus saya juga merasa gak bahagia, karena kayak dikejar-kejar debt collector masalah kerjaan. Anak juga gak maksimal kepegang. Disambi-sambi, kebanyakan terpapar gadget juga, anak merasa kesepian dan minta Ibu menemani main. Duh memang multitasking itu tidak selalu sebanding lurus dengan produkstivitas ya.

Demi kewarasan jiwa dan raga Ibu dan Azzam, akhirnya memutuskan Ibu dan Azzam tiap pagi ke rumah Mbah. Di rumah Mbah Ibu bisa kerja di lantai atas. Azzam bisa main sama Adek, dan Kakak sepupu, bisa makan tepat waktu sampai cemilan, buah, susu, tepat waktu.

Ibu bisa lebih produktif. Jam kerja Ibu serius kerja, bisa sholat dengan tenang, dan kadang curi-curi waktu buat nulis dan me time. Selesai kerja Ibu bisa penuh menemani Azzam main, membacakan buku, menemani ritual mau tidur, menyanggupi minta makan atau bikin teh meski udah malam. Atuh… kenapa gak tidur aja sih. Hehehe.

Karena ya kalau seharian di rumah, pasti tugas-tugas kantor tertunda. Ibu harus bangun tengah malam, buka laptop buat kerja, pake mikir lagi. Otomatis Ibu kurang tidur dan gampang banget cranky. Ibu memang bukan Ibu-ibu Instagram yang tetap terlihat bahagia meski mengurus anak di rumah sambil bekerja. Kok bisa sih mereka sekeren itu…. kok bisaaa….

Jadi jadwal sehari-hari Ibu begini, dan meski ongkos bensin Bapak dan bayar tol nya bikin lumanyun, yang penting masih aman anggaran keluarga dan yang terpenting Ibu bisa namaste.

WaktuKegiatan
03:30-04:00Bangun, ke toilet kemudian mengumpulkan nyawa
04:00-04:30Tahajud, berdoa, me time
04:30-04:55Ke dapur masak nasi, preparasi buat masak
04:55- 05:15Sholat Shubuh dan zikir pagi
05:15-06:00Masak buat Azzam buat satu hari (sayur, lauk, potong buah buat 3 porsi) siapin snack, minum, dan yang mau dibawa ke rumah Mbah
06:00-06:30Mandi, rapih2 kasur, dan siap berangkat
06:45Ke rumah Mbah
07:30Sampai rumah mbah
07:30-08:00Mandiin Azzam
08:00 – 12:00WFH
12:00-13:00Ishoma
13:00-16:00WFH
17:00Selesai WFH
18:30Pulang ke Jatiasih
19:15Sampai di Jatiasih
19:15-20:00Beres-beresin barang dari rumah Mbah dan siapin buat besok. Azzam ditemani Bapak.  
20:00-21:00Main sama Azzam sampai bersih-bersih mau tidur
Jadwal Ibu WFH

Kalau dilihat dari jadwal, memang waktu Ibu sama Azzam gak banyak, namun lebih berkualitas dan Ibu merasa jauh lebih sehat secara mantal. Gak senggol bacok, nungguin Bapak pulang, gak manyun pas Bapak pulang, main sama Azzam juga lebih mendalami karena ya memang seharian belum keep in touch lama kan. Alhamdulillah jam segitu Azzam nya belom ngantuk. Karena siang dia tidur lebih dari cukup. Malah Bapak Ibu yang seringnya sudah ngantuk. Hehehe. Maafin ya Nak.

Eh tapi kadang ya capek juga dengan ritual siap-siap setiap harinya, pengen gitu jadi full Ibu ART, tapi ya begitu, harus dipastikan kerjaan satu hari itu gak padat-padat banget. Tapi ya kerjaan juga terkadang unpredictable, sih.

Mungkin yang kurasakan belum seberapa dibandingkan sama Ibu-ibu yang punya anak sudah sekolah dan balita ditambah harus bekerja kadang tanpa ART lagi. Aduh saya mah hormat setinggi-tingginya. Sehat-sehat semua buat semua Ibu-ibu dan calon Ibu, dengan sehat semoga kita senantiasa bisa bahagia. Aaamiin.