Tulisan ini sudah tersimpan di kotak penyimpanan sudah lama, lupa belum sempat dipost. Berhubung tanggal 1-7 Agustus adalah pekan ASI sedunia, mau cerita ah sedikit proses meyapih Azzam. Jujur awalnya sempat bingung mau bagaiaman caranya supaya tidak mengecewakan kedua belah pihak. Hahaha… Soalnya ya anak itu kan manusia yang utuh yang sudah sepatutnya diperlakukan sebagaimana kita ingin diperlakukan. Jadi gak tega kalau pakai adegan paksa memaksa. Harus pakai negosiasi lah hihihi…
Proses menyusui adalah sebuah proses yang penuh tantangan buat saya juga Azzam. Sebagai Ibu baru, minim pengalaman, awalnya saya mengira proses menyusui itu adalah proses alamiah yang pasti dapat dilalui dengan mudah oleh semua Ibu di dunia. Hewan aja bisa kok menyusui anaknya, moso iya saya gak bisa. Apalagi saya begitu menantikan anak saya, hamil dengan sangat niat (ya gimana gak niat sampai IVF), nunggunya lama pula. Begitu tahu hamil bahagianya kayak apa wah sangat tidak terkira.
Alhamdulillah dengan segala perjuangan, saya lulus juga menyusui 6 bulan, lalu berlanjut sampai dua tahun. Segala model menyusui Azzam sudah fasih. Sampai alhamdulillah saya mulai sounding ke Azzam untuk proses memensiunkan proses menyusui sejak Azzam usia 20 bulan.
Pelan-pelan kasih tauk kalau Azzam sudah besar, nanti berhenti nenennya. Azzam sudah bisa makan donat, makan momogi, makan es krim, minum susu ultramilk. Yang nenen itu dedek bayi, yang belom bisa makan. “Iyahhhh…” jawab Azzam. Tapi ya iyah ketika itu saja. Udah di kasur mah lupa.
Suatu hari di tanggal 17 Februari 2021. Azzam hampir 2 tahun 4 bulan. Saya pulang kantor, sudah mandi, sudah bersih. Biasanya kalau sudah begitu Azzam langsung nagih. Iyah nagih nenen. Tapi sore itu, Ibu gak langsung menghampiri. Setelah menyapa, Ibu langsung bilang “Ibu mau minum dulu ya…”
“Iya Ibu, minum dulu. Biar Ibu gak sakit ya?” jawab Azzam
“Iyah. eh Ibu makan dulu deh.” kata Ibu lagi.
“Iya Ibu makan dulu, biar gak sakit ya Bu.”
“iyah… ih anak Ibu manis bener…”
“Bu, nenen Tante Uti berdarah. Sakit.” kata Azzam lagi.
“Kenapa?”
“Berdarah… Dek Anum angis (nangis)”
Setelah Ibu makan, Azzam minta dipangku Ibu, terus tanya, “Ibu nenennya sakit? Berdarah? Nggak kan Bu?” tanya Azzam
“Euhm… iya gak ya, tapi kalau Azzam nenenin terus mungkin bisa berdarah ya. Azzam mau nenen? Tapi kalau berdarah, udah ya gak usah.” Ibu nanya dan bersiap buka nenen.
“Nggak bu… jangan bu, gak usah buka…”
Jeng jeng… nah semenjak itulah Azzam berhenti nenen. Seminggu pertama malam-malam, kalau terbangun masih nangis-nangis minta nenen dan menolak ditawarin air putih, susu uht atau apapun. Katanya mau nenen aja. Tapi ah sudah tanggung, saya gak kasih dong, tepuk-tepuk aja terus. Azzam pun nangis tersedu-sedu sampai ketiduran. Insyaallah saya udah siap sih. Siap tega maksudnya. Awalnya gak tega. Tapi ya memang mau gak mau sih.
Sekarang sudah dua minggu. Alhamdulillah sudah makin mantabs gak nenennya. Azzam sendiri sudah sepenuhnya sadar dia sudah gak nen, dan kalau tidur juga gak nen.
Lalu konsekuensinya apa, setelah gak nen?
Jam tidur malam mundur. Awalnya jam 8 sudah ngantuk dan nen langsung tidur. Sekarang jam 9 baru mau naik tempat tidur, belum waktu membaca buku dan cerita-cerita mau tidur. Seringnya Bapak sekarang tidur lebih dulu daripada Azzam. Ibu juga pernah sih. Hehehehe.
Lagi musim daftar jadi Aparatur Sipil Negara (ASN) nih belakangan ini. Beberapa tahun belakangan katanya, menjadi pegwai pemerintah atau ASN merupakan profesi yang diincar mereka yang baru lulus kuliah. Pada umumnya alasan yang paling standar itu apalagi kalau bukan karena kepastian. Eh, tapi ada lagi gak sih alasan kenapa pada umumnya pencari kerja pengen sekali menjadi ASN. Berikut kira-kira menurut pengamatan dan survey kecil-kecilan wawancara dari teman-teman saya, kenapa sih kamu mau jadi ASN?
Orang tua adalah ASN atau pensiunan ASN
Orang tua selalu ingin melihat anaknya bahagia dan bekerja dengan tenang sampai tua. Menurut mereka menjadi ASN merupakan salah satu jalan mencapai kedamaian dalam hidup seperti zaman mereka waktu itu.
Adanya jaminan hari tua (pensiun)
Siapa yang gak mau dikasih gaji meski sudah gak bekerja? Semua orang mau kan? Tapi zaman sekarang kalau mau pensiun gak perlu jadi ASN juga bisa. Banyak Bank yang punya program dana pensiun.
Susah banget dipecat
ASN itu susah banget mecatnya. Prosedurnya panjang. Eh tapi sekarang udah lebih disiplin semenjak diberlakukannya sistem tunjangan kinerja. Kalau ada apa juga sebentar-sebentar dapat teguran
Kerjaannya santai kayak di pantai
Hellow… zaman kapan itu ngomongnya. Mending kalau mau jadi ASN kalian riset dulu deh ke beberapa ASN yang baru 3-5 tahun. Coba tanya mereka gimana kerjannya. Hahahhaha… Zaman netizen selalu bereaksi gini, banyak tuntutan cuy… Gaka da itu kerja mulai jam 10 jam 3 siang. ASN zaman sekarang itu kayaknya hampir 24 jam standby. Kebanyakan apa-apa sifatnya segera. Dinamis banget pokoknya lah… kubur dalam-dalam impian kerja antai kayak di pantai. Apalagi kalau anda masih single dan kos. Udah deh diandalkan sekali anda.
Banyak maklumnya untuk Ibu-ibu
Aduh, nanti saya dimarahin sama para feminist ini… ngomong gini. Tapi memang itu kenyataanya. Banyak mereka yang memilih jadi ASN karena kemudahannya kalau minta izin dalam rangka urusan keluarga. Mu ambil rapot anak dulu, mau anter anak ke sekolah dulu, atau apalah. Eh tapi sekarang gak segampang itu. Kalau mau izin ya siap-siap potong tunkin.
Kerja di Industri seperti tidak memiliki dunia lain
Untuk mereka yangs ebelumnya sudah mencicipi industri swasta yang memang sibuk, speertinya mereka ngiri lihat para ASN. Meskipun ya jelas gaji akan terjun bebas. Tapi ntah pendapatan ya… semakin sibuk tentunya semakin lumayan dong
Bisa keliling Indonesia bahkan dunia
Ini buat yang mengincar di instansi pusat ya. Betul kalian akan punya kesempatan untuk melihat sudut Indonesia dari lebih dekat. Lumayan banget buat update feed di sosmed. Selain itu dari perjalanan itu akan ada uang saku yang akan bisa menambah pundi-pundi rekening kamu. Kalau ada waktu, bahkan bisa sekalian jalan-jalan dong. Uhuy
Bisa ikut membangun negara dan bangsa tercinta
Cita-cita yang sungguh mulia. Jangan cuma ngomel-ngomel aja di sosmed kau. Ayo berbuat ikutan terlibat, dan rasakan nikmatnya. Hehehehe…
Idaman calon mertua
Gak bohong, memang banyak orang tua yang kalau melihat calon menantunya ASN, udah lampu hijau banget ya… tapi kayaknya tetap perlu wawancara lagi sih. Kalau saya sih akan saya tanya gajinya berapa pendapatan berapa… (buat yang ngerti aja)
Kira-kira begitu ya kenapa banyak orang berminat menjadi ASN. Namun, yang perlu digaris bawahi, buat teman-teman yang masih mencari-cari, untuk menjadi sukses dan bahagia tidak hanya melulu menjadi ASN. Semakin dewasa dan bertumbuh, yang terpenting ketika menjalani hidup dengan bahagia dan apapun yang bisa membayar segala kebutuhan hidupmu, ya dijalani saja.
Mungkin ada yang mau menambahkan, di sini kenapa tertarik menjadi ASN atau bahkan ada yang sama sekali gak tertarik, monggo ya…
Tulisan yang menceritakan liburan dalam rangka birthday trip dan awal tahun 2021 kemarin. Gak menyangka akan ada gelombang kedua badai Covid-19 bahkan sepertinya melebihi tahun 2020 kemarin. Syedih. Harus cerita Covid Tahun 2020 dan 2021 ini nanti ya.
Pandemi masih berlangsung. Setelah Zaki selesai isoman dan benar-benar sehat dari Covid kemarin, kami akhirnya memberanikan diri buat liburan ke luar Jakarta sebentar. Kata Zaki dalam rangka ulang tahun. Abis ditanya mau kado apa saya bingung banget. Eh Zaki booking aja gitu tiba-tiba Lido Lake Resort.
“Besok kita nginep ya di Sukabumi. Gak macet deh insyaallah.” kata Zaki.
“Oh ya udah…” jawab saya gitu doang. Sambil berharap semoga kata-kata gak macetnya itu beneran tejadi. Karena ya saya memang orangnya gampang bete. Apalagi ada Azzam. Udah kebayang kan kalau Azzam cranky, Ibunya ikutan. Wkwkwkwk.
Sampai di Lido Lake Resort siang itu hujan. Resort model zaman kolonial terpampang, dan kita kayak masuk ke dalam rumah yang ada di sinetron gitu. Rumah orang kaya yang sudah kaya dari kakek-kakeknya gitu deh.
Sambil menggendong Azzam yang begitu pulas tertidur, saya mencari sofa yang cukup besar. Zaki menuju meja resepsionis untuk check in.
TIdak lama kami sudah di dalam kamar. Akhirnya saya bisa memindahkan berat tubuh Azzam ke tempat tidur beralas seprei putih. Alhamdulillah. Saya beralih ke jendela membuka tirai jendela. Masyaallah, pemandangan jalan, hamparan rumput hijau di belakang hotel, hingga danau Lido terpampang.
Pemandangan siang menjelang sore itu begitu syahdu sekali. Gerimis masih mengguyur. Duh ini suasana enak banget buat bobo siang. Tidak lama Azzam bangun. Kami sepakat untuk jalan-jalan sore ke arah danau dan menguji nyali buat mencicipi dinginnya air kolam renang.
Azzam happy pingin berenang. Bapak pun akhirnya nyemplung. Ibu jaga di permukaan aja. Mengamati.
Pemandangan dari Lido Lake Resort
Dingin-dingin berenang dong… gerimis pula. Alhamdulillah sehat-sehat ya Nak…
Senja mulai datang. Masyaallah lagi sore itu. Bagus sekali. Langit warna jingga dengan tambahan pohon kelapa yang menjulang. Lukisan alam yang luar biasa.
Malamnya kami pesan makan di hotel aja. Bingung juga modelan resort mau makan di mana. Males juga sih Zaki nyetir lagi. Kami pesan sop buntut. Menu andalan kalau nginep di hotel. Satu porsi buat bertiga. Hahaha. Ibu hemat.
Besok paginya kita keliling hotel lagi. Jalan-jalan ke arah danau. Nyebrang jembatan ke arena outbond hotel. Menyebrang jembatan gantung. Azzam mampir sebentar main perosotan di area playground hotel.
Area outbond banyak pohon pinus. Lihat-lihat rumah pohon. Kemudian dikasih tahu sama petugas di situ kalau ada penangkaran rusa. Kami pun menuju ke sana. Wow jalannya lumayan seru. Awalnya Azzam jalan.. Tapi karena lama, akhirnya Bapak gendong. Hehehe. Mohon maaf, Ibu sudah angkat tangan kalau harus gendong Azzam lama-lama. Berat.
Bapak dan Azzam menyusuri jembatan Danau Lido Setelah sampai diujung dikasih pemandangan begini…
Azzam senang lihat rusa. Meski ini kali kedua sih lihat rusa secara langsung. Tapi gak sedekat ini. Pas kemarin di Taman Safari lihatnya dari mobil aja.
Melihat penangkaran rusa
Lelah jalan-jalan, kita sarapan. Rame juga ternyata pengunjung resort pagi ini. Menu makanannya lumayan lengkap. Yang lucu ada Indomie corner-nya dong. Azzam sarapan bubur ayam. Ibu macam-macam dong. Buah, sereal, sampai pisang goreng.
Oh iyah Azzam sempat jatuh pula di restoran. Sebenernya sih jatuhnya gak heboh, tapi keburu dilihatin jadi malu deh. Nangisnya lumayan bikin heboh dan mengundang lirikan pengunjung lainnya.
Judulnya staycation tapi gak menampilkan banyak sudut-sudut hotelnya ya. Hahaha. Hotelnya bangunan tua peninggalan Belanda meskipun sudah ada beberapa bagian bangunan baru. Sukanya karena dekat sekali dengan alam.
Eh ada gosipnya nih sedikit. Kayaknya fakta sih, hotel ini kan punya bos media yang banyak itu. Katanya lagi mau buat Disneyland di situ. Konon si Bos media itu ikrib dengan mantan Presiden Amerika. Bahan ini didapat dari Zaki yang hobinya baca situs berita online.
Jam 11:30 kita check out dari hotel pulang. Makasih Bapak. Ibu senang, bisa lihat yang hijau-hijau dan menghirup udara segar, setelah melalui tahun 2020 yang luar biasa.
Postingan mengendap di draft sudah lama banget. Hahaha. Anaknya sekarang udah mau 3 tahun. Alhamdulillah sehat. Sekali-sekali strugling sama makanan ya sama aja lah sama kita orang dewasa, kadang lahap, kadang males. Apalagi kalau tiba-tiba demam ada bakteri atau virus iseng hinggap. Seminggu sakit BB terjun bebas. Ibuk kuwat. Meski udah mau tiga tahun Ibu akan selalu merasa tidak tahu apa-apa. Kemudian diingatkan. Anak-anak itu sampai 18 tahun lo… Wkwkwk. Makanya kalau diajakin program anak kedua, masih gak sanggup begadang, sampai gak nafsu ngapa-ngapain. Di otak cuma gimana ASI lancar, anak sehat, dan mau mimik yang banyak tentunya diiringi peningkatan BB yang sigifikan. Ambisius banget lah.
Berikut cerita mengASIhi yang cuma biar suatu ketika dibaca, bikin senyum-seyum dan menyadari “Gilak, kok segitu ambisius nya yah saya. Padahal biasanya mah ya udahlah…” wkwkkwkwk.
Fase Awal Menyusui
Sebelum bayi saya lahir ke dunia, tentunya saya sebagai calon ibu kekinian yang selalu up-date informasi, pasti dong berburu ilmu tips dan trik agar sukses menyusui kek orang-orang di Instagram yang suka posting ijazasah bayinya udah lulus S1, S2, sampai S3. Widiw… lumayan kan buat konten IG.
Ikhtiar pertama apalagi kalua bukan ke took buku. Yup. Saya beli buku-buku bagaimana sukses menyusui, dipinjami adik ipar juga, sampai ikutan kelas menyusui yang diadakan teman saya yang kebetulan usaha sewa freezer ASI. Buku-buku sudah khatam. Ikut workshop sudah. Ah bisa inimmah, asal tekad kuat dan bulat pasti gampang. Pasti bayi saya mau nenen, dan saya akan melakukan bonding (dengan proses tatap menatap dengan adik bayi yang akan menunjukkan ke seluruh dunia, how grateful I am)
Sampai ketika hari itu tiba, satu hari setelah melahirkan ASI belum keluar dong. Pancing pakai pompa di RS. Ikutan kelas menyusui lagi di RS. Mana kekeuh juga gak mau pakai sufor. Hari ketiga pulang dari RS masih irit keluar, baru kolostrum. Eh ternyata, tipe putting inverted alias mendelep. Dipancinglah pakai spuit biar putting keluar. Sampai rumah pusing ASI belum keluar, eh ada beberapa kerabat jenguk dengan entengnya bilang “Duh mana ASI-nya, loh kok putingnya gak ada?” Ya Allah, untung orang tua, kalau anak kecil dah kugendong kali.
Hari kelima, Azzam akhirnya harus menginap di RS karena kuning. Setelah sebelumnya jumlah air seni yang keluar kurang dan berwarna pekat. Duh rasanya, kayak hilang separuh nyawa. Maklum Ibu baru, hormon, belum menunggu Azzam yang 8 tahun lamanya. Ketika harus meninggalkan Azzam di RS sendirian itu rasanya ya. Masih kekeuh pake ASI dong. Sampe rumah pumping. Bodohnya saya tuh sudah dipinjamin berbagai macam pompa, tapi belom belajar. Yakan mana kepikiran kudu langsung mompa ye kannn. Sumpah gak kebayang sama sekali deh sampai mengalami sendiri yang Namanya menyusui itu. Ya udah langsung video-call-an sama temen. Dua jam Cuma dapat 40 ml dong. Wkwkwkwk. Buat yang ASInya luber-luber ya selamat ya. Pumping sesekali sambal nangis kalau inget Azzam di RS. Kata orang-orang jangan stress biar ASI lancar. Ya gimana gak stressssss cobaaaaa… Pengen banget tereak ke orang yang nasihatin deh, Sebelah pake pompa, sebelah perah pake tangan. Terus pas shubuh tumpah, gara-gara ngantuk. Malam-malam suami anterin ke RS. Besoknya kami seharian di RS. Alhamdulilah dua malam Azzam boleh pulang. Sudah normal bilirubinnya.
Terus, kena sufor gak? Ya kena lah… Azzam minum sudah 60-70 ml sekali minum. ASI yang di dapat 200 ml sehari. Ya gak cukup, jadi campur. Pulang dari RS ya udah, bertekad bisa lah ini ASi. Alhamdulillah bisa, ternyata usut punya usut kami ke konselor laktasi dan ternyata Azzam ada lip tie sedikit. Jadi baru pinter nen itu di hari ke 13. Azzam suka males buat nen, maunya pake cup feeder. Tapi Ibu terus semangantin, “Azzam ayuk kita sama-sama belajar. Nen yang pinter biar ASI Ibu cukup buat Azzam. Ayo kita belajar bareng-bareng.” Alhamdulillah Azzam sudah pintar menyusu.
Menyusui Sambil Kuliah dan Mengerjakan Tesis
Alhamdulilah saat melahirkan Azzam saya belum ngantor, masih harus menyelesaikan kewajiban tugas belajar. Waktu itu lagi mulai menyusun tesis. Duh rasanya itu…. tiap mau ke kampus ketemu dosen pembimbing harus lihat stok ASIP di kulkas. Sampai punya kartu stok ASIP lo. Belom kalau tiba-tiba Ibu dosbing WA minta ketemu di kampus saat itu juga. Mau gak mau bopong bayi ke mertua.
Pas di kampus juga nyuri-nyuri waktu buat pompa. Sambil di perpustakaan, di kantin, di mushola, sampai di kelas saat kuliah pun mompa jalan terus. Kalo dipikir-pikir kok segitunya ya, dan kok ya bisa tetap waras… hahahaha… makasih buat teman-teman yang membuat saya tetap waras.
Hal yang paling penting, ketika menyusui sambil kuliah dan mengerjakan tugas tesis adalah adanya penurunan kapasitas otak saya secara drastis 🙂 Kayaknya mah saya aja kalik ya. Bahkan ada beberapa dosen yang ketika saya mendengaran kuliahnya, sumpah saya gak ngerti beliau membahas apa, berbicara tentang apa, ya Allah tiba-tiba merasa menjadi mahasiswa yang siap telat lulus. Kalau saja teman-teman gak “geret-geret” dan gak capek-capek menyemangati kalau kita bisa lulus dan wisuda bareng-bareng. Akhirnya bisa juga saya lulus tepat waktu saat Azzam 9 bulan.
Meski Azzam sudah MPASI, Apakah kali ini drama selesai? Oh tentu tidak. Drama perjuangan naikin BB, makan yang kadang lep kadang ibu harus bersabar, dan masih banyak lagi. Menyusui masih, pumping masih, apa punya stok satu kulkas? Nggak. Tapi percaya, Allah akan cukupkan buat Azzam. Usaha? Pasti dong. Jadi menyusui itu memang bukan hal yang mudah buat saya. Tapi saya berusaha, dan percaya kalau ASI baik untuk Azzam. Saya juga percaya semua Ibu sudah melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Beberapa waktu yang lalu, kami sekeluarga menghadiri pernikahan sepupu di Klaten. Sudah diinfo sejak beberapa bulan kalau dresscodenya putih. Bapak-bapak pakai jas saja.
Duh baju putih yang kupunya yang layak tidak ada bukaan depan. Bayangan saat itu, acara kondangan yang lama, kalau Azzam cranky gerah lalu pasti akan minta nen gitu. Ada yang bukaan depan, eh sudah kekecilan.
Pokoknya gak mau gamis, alasan:
karena takut ribet menjuntai-juntai dan kotor
kalau beli online takut bahannya gak nyaman, kepanjangan butuh usaha ke tukang jahit buat potong bajunya
kalau mau gendong Azzam susah
Tiba-tiba saja datang ide, awalnya pengen beli aja dress biasa biar bisa dipake buat ke kantor. Memang butuh sih. Mikirnya bawahannya itu kain batik saja. Punya kain batik yang sudah kujahit menjadi rok yang siap dan bisa dipakai segala kondisi.
Mulai deh searching di market place. Tiba-tiba kepikiran buat beli kebaya aja, persis seperti kebaya yang kubeli buat wisuda S2 kemarin. Kebaya dengan resleting depan. Sayangnya gak ada yang warna putih. Huhuhu sedih.
Akhirnya keywordnya berubah jadi kebaya menyusui. Kemudian keluarlah model kebaya encim Betawi yang modelnya memang berkancing. Cari warna putih, eh kok bagus. Bahannya katun. Gak boleh males baca review pembeli lainnya. Katanya bahannya adem, lumayan sesuai harga. Harganya emang terbilang lumayan murah, yaitu 74.500 rupiah saja. Ah coba beli ah, toh kalau gak sreg, ya emang murah jadi gak usah protes banyak-banyak. Itu prinsip yang gak tauk benar atau salah. Hahaha
Akhirnya pesanan datang. Pas pegang bahannya. Ya ampun ini kok kayak bahan seragam kemeja zaman sekolah. Wkwkwk. Ah sudahlah coba dicuci dan disetrika saja. Alhamdulillah untuk ukuran pas dan gak mletet, adem, pokoknya nyaman sekali buat bergerak segala macam rupa. Hehehe.
Setelah dicuci dan disetrika, lumayan juga sih. Jilbab pakai yang ada. Warna putih tulang. Bawahannya pakai rok batik warna hitam dan coklat model A-Line. Sepatu? Ya pakai sepatu yang biasa buat ngantor aja dong. Sepatu kets silver Rockport kesayangan aku. Yang usianya sudah dua tahun.
Tas kondangan? Tentu tidak perlu. Bawa bayi say, tetap harus bawa perlengkapan macam pospak, tisue basah, tisue kering, hand sanit, baju ganti satu, handuk kecil, cemilan, dan ya pokoknya tas saya macam tas doraemon apa aja ada. Tetap pakai tas ransel mini kulit favorit yang dibeli pas ada bazar di kantor.
Make up? Berhubung saya make up komplit pas kondangan doang, (eh tu juga gak komplit-komplit amat) cek laci yang gak ada maskara aja, karena sudah expired. Akhirnya cus ke Indomaret beli maskara sachet merek Moko-Moko. Bener kan, kepake nya cuma pas itu aja.
Baju Ibu buat kondangan checked.
Beralih ke baju Bapak. Jas hitam alhamdulillah masih muat. Bapak akhirnya beli kemeja putih. Iyah menurut saya mah mahal. Tapi ya sudahlah beliau mah bebaskan saja. Alasannya gak punya kemeja baju putih yang bagus. Hehehe. Sepatu awalnya mau beli kembaran sama Azzam, tapi kuajak diskusi baik-baik, Sepatu masih banyak. Okelah mau kembaran sama Azzam. Tapi kondisi sekarang, apa memungkinkan sepatunya dipake seberapa perlu. Yang ada nanti keburu kekecilan. Wkwkwkwk. Akhirnya Bapak gak jadi beli sepatu. Ibu menang.
Gimana dengan Azzam? Oh iya Azzam punya baju kado dari teman Bapak di Thailand. Kemeja putih dengan rompi kotak-kotak model seragam anak TK. wkwkwk. Eh iyah ada juga stok kemeja putih motif lumba-lumba biru dongker dan bawahannya celana jeans panjang dan pendek dibawa saja. Kenyataannya gak mau dong dipakein baju kemeja rapi. Maunya kemeja putih dan celana jeans pendek. Ya sudah ibu ngalah, demi anak yang bahagia. Wkwkwkwk.
Dan inilah kami, yang lebih senang di luar ketimbang di dalam gedung.
Susah benerrr foto sama todler😖 dengan tentengan cemilan tentunya 😂
Terus gimana? PD gak pas di sana? Wah alhamdulillah saya PD banget, meski outfit yang biasa-biasa aja. Saya bebas mengejar-ngejar Azzam yang sempat berguling-guling di lantai, bolak-balik cuci tangan di kran, nangis histeris gara-gara Ibu gendong adik sepupu yang masih bayi, sampai baju putihnya yang penuh es krim coklat di mana-mana. Ibu tetap bisa calm dan ya udahlah namanya anak-anak.
Minimalis ke tiap orang itu beda-beda ya, minimalis buat saya bukan seminimal mungkin gak beli apa-apa. Tapi lebih memanfaatkan yang ada dan sangat sadar (banyak pertimbangan) sebelum memutuskan menambah barang. Apalagi kalau cuma untuk penampilan semata. Balik lagi ke prioritas ya bund… hehehehe…
Menyambung postingan kemarin Ke Taman Safari Indonesia Kala Pandemi kami akhirnya putuskan untuk menginap di hotel sekitar Puncak. Awalnya sih mau yang dekat Taman Safari, tapi karena serba dadakan, ya penuh deh. Zaki googling dan hasil referensi saudara, dan yang penting masih tersedia sih kamarnya, jadilah kami putuskan menginap di Novus Giri Hotel di daerah Puncak Cipanas.
Perjalanan ke Novus Giri Hotel dari TSI kurang lebih satu jam. Oh iya, kami booking via booking.com. Masalah kebiasaan aja sih. Untuk harga murah atau mahal ya relatif. Langsung ke sana juga bisa sebenarnya, malah kayaknya lebih murah. Wkwkwkwk.
Tiba di Novus Giri menjelang maghrib, kami yang dapat kamar twin bed minta disatukan. Iyah, pilihannya untuk superior tinggal yang twin bed. Alhamdulillah staf hotelnya bantu banget buat merubahnya jadi satu bed besar. Setelah itu langsung bersih-bersih, mandiin Azzam, kemudian pesan sop buntut yang harganya mahal buat ukuran kami, tapi enak banget rasanya, jadi puas. Satu posrsi sop buntut buat bertiga. Azzam makan banyak. Dagingnya empuk, kuahnya hangat dan segar. Pas di udara dingin malam itu.
Setelah itu ngapain? Gak mungkin dong kami nongkrong-nongkrong di jalan makan jagung bakar, setelah ada Azzam. Hehehehe. Jadilah kami kruntelan di kasur. Baca buku, sambil cerita-cerita pengelaman seru di TSI siang hingga sore tadi. Karena Azzam tidur sore, jadilah dia masih “on” dan masih ngajak nyanyi-nyanyi, joget-joget. Padahal Ibu Bapaknya sudah capek dan ngantuk banget.
Kayaknya saya tertidur lebih dulu dari Azzam. Setelah sebelumnya sudah baca ayat kursi, dan beberapa ayat pendek biar saya merasa aman aja sih. Hotelnya gak menampakkan hawa-hawa horor kok, meski pas kami datang sepertinya kamar kanan kiri tidak ada penghuninya. Pokoknya aman. Azzam juga gak riwil, sampai-sampai dia ketiduran sendiri tanpa nenen.
Paginya, kami yang memang gak sarapan di hotel cari sarapan di luar. Zaki dan Azzam bubur ayam, saya nasi uduk. 40.000 buat sarapan bertiga. Alhamdulillah.
Selesai sarapan kami lanjut main ke kolam renang, Azzam nyebur tipis-tipis aja. Airnya dingin sekali, meski sinar matahari pagi itu sedikit menghangatkan. Di kolam renang, kami bertemu dua teman baru, kakak-kakak anak SD dan Azzam selalu happy kalau ada teman baru.
Azzam Kasih Makan KelinciKasih makan kelinci sama Bapak
Di kolam renang, saya iseng nyelupin Azzam sampai kepalanya terendam air semua, barengan gitu sih sama saya. Cuma satu detik, tapi sudah membuat Azzam panik dan langsung mogok nyebur. Akhirnya kita nungguin Bapak di kolam renang, Azzam malah nyelonong ke lapangan tenis di bawah kolam renang. Ibu capek ngejar-ngejar.
Azzam Nyelem-nyelem Dikit“Hai Bapakkk….”
Selesai berenang, gak langsung mandi. Cuma ganti baju, kemudian berjemur aja, eh lama-lama kering sendiri. Main ke Rabbit Village dulu biar abis main-main sama kelinci baru mandi, biar bersih.
Pagi itu ada beberapa keluarga yang mengunjungi Rabbit Village. Aktivitas yang bisa dilakukan di Rabbit Village kayak kasih makan kelinci, ngejar-ngejar kelinci, sampai gendong kelinci kalau berani. Yah anak-anak kemarin sih sebatas elus-elus punggung kelinci. Soalnya berat kelinci beda tipis kan sama berat badan mereka.
Meski terlihat agak ngeri-ngeri gimana gitu, Azzam terlihat happy main di desa kelinci.
“Ibu… poto-poto mulu sih…”
Balik ke kamar, kami bersih-bersih, dan karena lapar lagi, kami bikin Pop Mie to the rescue. Hehehe. Sampai Azzam pun ikutan makan. Sekali-sekali lah…
Kami check out jam 11 lewat dan langsung menuju ke Kebun Raya Cibodas.
Tiba di sana kami Sholat Zuhur dulu. Parkir di area luar dan masuknya gak boleh bawa mobil kalau sudah lewat dari jam 9 pagi gitu deh. Beli tiket masuk seharag 16.500 rupiah. Masuk arena kebun raya, kami makan siang dulu. Azzam dan Ibu makan soto ayam, Zaki beli mie godog. Harganya gak murah dengan rasa yang so… so… biasa hahahahha.
Di depan Mushola Kebun Raya Cibodas
Kami putuskan langsung naik mobil golf Kebun Raya buat keliling Kebun Raya yang luasnya …. Wow, ternyata kami tidak menyesali keputusan kami naik mobil yang harganya lebih mahal daripada tiket masuk Kebun Raya sendiri.
Naik Mobil Keliling Kebun Raya Cibodas
Hawanya sejuk banget di sana. Pohon tinggi-tinggi ugh seger banget. Medannya juga susah juga ternyata, naik turun yang lumayan terjal. Gak jauh mobil jalan, ada air terjun buatan dan banyak yang piknik di sekitarnya. Wah seru banget. Karen kami gak berencana basah-basahan ya kami putuskan gak berhenti di situ. Kami pun lanjut sampai akhirnya berhenti di padang rumput yang lebih luas.
Alhamdulillah Zaki bawa sarung, jadi kami gak perlu sewa tikar buat rebahan di padang rumput. Parkir stroller, kemudian rebahan. Azzam excited banget lihat padang rumput yang luas. Puas dia lari-larian, ngejar-ngejar balon sabun yang ditiup orang, sok akrab sama orang baru, sampai guling-guling di padang rumput.
Azzam Menunggu Arahan Ibu
Kira-kira satu jam, kami memutuskan untuk pulang. Kami menunggu mobil lagi untuk kembali ke gerbang depan. Azzam tiba-tiba ngamuk gak mau pulang dan gak mau pakai stroller dong. Lumayan berat, nangis kejer banget. Ya udah, kayaknya dia sih ngantuk dan lelah.
Ya udah alhamdulillah nunggu mobilnya gak lama. Azzam akhirnya tenang setelah di mobil dan nen. Benar saja, medannya masih lumayan, tanjakan dan turunan, yang wow lumayan curam juga. Kalau jalan ya bisa, bisa capek sih kalau buat kami. Hehehehe.
Duh, happy banget kesitu, hirup udara segar sebanyak-banyaknya dan merasa kapan-kapan harus balik ajak keluarga besar buat ke sini. Di luar Zaki jajan Thai Tea, saya jajan strawberry, Azzam jajan kuda karet dan balon sabun. Yeeayyy… adil. Kami pun bergegas pulang…
Semua happy, meskipun pas perjalanan pulang menuju Jakarta ada sebuah kejadian yang gak menyenangkan. Besok aja diceritain lah… hahaha.
Terus setelah ini baca postingan di twitter ada yang staycation tapi demam pas di hotel dan ternyata positiv Covid-19. Kemudian parno lagi udah di rumah aja. Berani amat kemarin ya… hahaha… Stay save semuaaa…
Ketika pandemi ini berjalan memasuki 2 sampai 3 bulan, banyak mereka yang berangan-angan apa-apa yang akan mereka lakukan ketika pandemi ini berakhir. Eh kok makin ke sini si kurva pasien positif Covid-19 baru setiap harinya gak landai-landai. Mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar, hingga kondisi proses transisi PSBB dan masuk ke era normal baru, kok ya tidak ada perubahan ini Covid masih betah di Indonesia.
Bahkan di negara asalnya saja, Covid-19 menurun setelah kurang lebih tiga bulan. Nah ini Indonesia, sudah mau 5 bulan dong, belum ada hilal sama sekali kapan hilangnya ini Covid.
Melihat keramaian di tengah masyarakat yang katanya sudah era normal baru, mall sudah dibuka, perkantoran sudah dibuka, pasar ramai kembali, sampai tempat makan, membuat kami yang di rumah aja ini agak-agak terpancing buat melihat dunia luar.
Meskipun saya sendiri ya tidak membenarkan juga sih. Dunia pariwisata pun mulai bergerak sedikit demi sedikit, hotel-hotel dan tempat wisata pun beberapa kembali dibuka dengan tentunya menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19.
Saya juga sudah ngantor, meski masih seminggu paling banyak 3 kali. Akhirnya bisa istirahat sejenak dari rutinitas dengan berdua saja dengan bayi di rumah. Hehehe. Lumayan butuh banget refreshing ibu nih…
Eh, lihat-lihat instagram, kok sudah ada yang posting foto-foto liburan yah. Meski awalnya gak kepengen sama sekali, pas baca lasan mereka dan pemilihan tempat liburan, kok saya jadi tergoda ya. Apa sih yang bikin saya tergoda? Liburannya di alam terbuka membuat anak bermain bebas sesuka mereka. Tempatnya yang luas sehingga masih bisa menjaga jarak dengan pengunjung lainnya.
Menjelang Idul Adha kemarin, di sepanjang jalan banyak hewan kurban dijajakan. Kami yang bolak balik Jatiasih Bintara pun kerap “menyapa” calo hewan kurban tersebut dari jendela mobil sekaligus memperkenalkan hewan ke Azzam. Apalagi di Bintara ada kandang sapi yang penghuninya lumayan banyak untuk diperjual belikan yang sering dikunjungi Azzam bersama sepupu-sepunya. Senang sekali anak-anak melihat sapi yang sedang makan, melenguh, ataupun sedang dimandikan pengurusnya.
Tiba-tiba kepikiran aja, mengajak Azzam jalan-jalan ke Taman Safari Indonesia di Cisarua Puncak. Benar-benar mendadak banget. Kalau gak salah Kamis baru saya utarakan ke Zaki, untuk kita berencana berangkat di hari Sabtu, tepat satu minggu sebelum Idul Adha lalu.
Sabtu pagi kami berangkat dari rumah jam 08:00 setelah sarapan bubur ayam di rumah, mampir ke rest area untuk ke toilet dan jajan cemilan. Wiii, kondisinya di sana ramai. Wong toilet saja antre lumayan. Begitu juga di minimarket, kasir yang ada 3 orang penuh semua oleh mereka yang berbelanja untuk perbekalan berwisata. Ya iya, ngapain belanja di situ kalau iseng dari rumah. Persis seperti sedang tidak ada pandemi di Indonesia.
Tiba di TSI pukul 10:00 alhamdulilah belum begitu antre dan macet. Ketika tiba di gerbang, kami diukur suhu dan mobil disemprot desinfektan. Karcis masuk dewasa hari libur 240 ribu rupiah, dan anak di bawah usia 5 tahun 210 ribu. Waktu itu kami tidak langsung masuk, karena Azzam masih lelap tertidur. Kami menunggu di parkiran sebelum masuk arena satwa hingga pukul 10:30.
Memasuki arena di mana satwa dibebaskan, memang agak lambat, maklum mobil di depan mungkin lagi memberi makan satwa, jadi agak antre. Oh iya, sebelum masuk ke TSI, di jalan banyak yang menjual wortel untuk pengunjung bisa memberi makan satwa. Tapi perhatikan ya, kalau ada tulisan larangan memberi makan sebaiknya dipatuhi. Kan serem kalau pas di kandang singa atau pas hewannya lagi gragas lapar banget bisa repot urusannya.
Azzam terlihat senang sekali, meski semua hewan berkaki empat dipanggilnya dengan Emooo (dari suara sapi) atau Embeeek (dari suara kambing). Seperti kerbau, zebra, banteng, ilama, semua dipanggil Emooo dan Embeeek. Ya berkali-kali juga Ibu sibuk menjelaskan nama aseli satwa tersebut. Berikut foto-foto kami ketika berputar melihat satwa yang dibiarkan bebas itu.
Kami pun parkir di area parkir B, menuju area Baby Zoo. Beberapa tahun lalu, area baby zoo tidak terlalu luas, isinya hanya singa, harimau, yang tentu saja masih baby. Eh tapi, sekarang sudah keren sekali, gak kalah sama yang di Jatim Park Malang dan ada taman burung yang mirip-mirip Bali Bird Park.
Ada gua buatan, air terjun buatan, kolam buatan, yang membuat suasananya terasa sejuk banget. Di luar juga ada area baby kanguru di mana si Azzam mau nyelonong masuk. Iya, kami pakai stroller, tapi semenjak bisa jalan, kalau dia pegal di stroller-nya ya dia pasti minta turun dan kami kewalahan menjaganya supaya tidak offside.
Keluar dari Baby Zoo, kami melipir ke mushola. Wah bersih lo musholanya, toiletnya juga. Pokoknya senang banget deh kemarin, gak ada bete-betenya. Hahahaha.
Usai menjalankan kewajiban, terus terang kami lapar. Azzam sih sudah makan sedikit di mobil. Secara dia ribut minta makan karena iri melihat satwanya dikasih makan. Wkwkwkwk.
Kami pun bergerak langsung menuju sasaran utama kami ke TSI, yaitu menengok panda, jadi kami harus ke area parkir D, bisa bawa mobil atau naik kereta. Dari situ antre naik mobil khusus ke Istana Panda yang letaknya memang lebih ke atas.
Agak antre sih buat ke bus-nya, tapi gak lama. Saya dan Zaki antre bergantian, sambil mengawasi Azzam yang tidak bisa diam. Kami memang gak bawa stroller pas ke Istana Panda, dan itu pilihan tepat. Hehehe
Memasuki area istana panda, aduh wow banget. Benar-benar di kaki gunung Gede Pangrango. Hawanya sejuk, angin semilir, benar-benar deh saya buka masker dan menghirup udara siang itu sebanyak-banyaknya. Wow bahagia sekali. Meski terengah-engah kejar-kejaran sama Azzam yang susah banget buat foto. Padahl itu spot foto buanyak banget. Meski kali ini fotonya selalu ada masker. Hehehehe. Tapi ya sudahlah ya… namanya bawa anak pokoknya teteap happy. Kelihatan banget dia senang lari-larian bebas meski di Istana panda lokasinya berbukit dan banyak anak tangga. Alhamdulillah sekali Itu alasan sebaiknya tidak usah bawa stroller. Hehehe.
Alhamdulillahnya lagi Azzam anaknya juga gak betean. Alhamdulillah gak kayak emaknya. Paling kalau disuruh stop jangan lari-larian, kita foto dulu baru deh dia bete.
Udara yang sejuk membuat kami memutuskan makan siang di area foodcourt-nya. Saya pesan soto betawi dengan nasi, Zaki nasi bebek hainam dan mie panda. Awalnya saya suapin Azzam dulu, takut-takut dia lapar lagi setelah lari-larian, eh ternyata malah nasi satu porsi habis dong. Waduh, untungnya ada mie panda. Semua rasanya enak, meski dalam wadah yang alakadarnya bisa terobati dengan rasanya yang setara dengan harga. Hahahaha. Iyah mahal. Per porsi untuk hidangan utama 50-70 ribu. Tapi ya sudahlah, kapan lagi makan dengan pemandangan pegunungan.
Susah Banget Diajak Foto
Setelah puas ke istana panda, kami pun bergegas meninggalkan TSI. Masuk mobil Azzam sepertinya lelah sekali, minta nen dan langsung tertidur. Padahal kami masih belum masuk banyak arena, ada arena koboi, bekantan, penguin, reptil, duh nyesel gak dari pagi. Puas lah tiket hampir 700 ribu.
Di perjalanan, kami memutuskan untuk staycation di hotel. Berhubung hotel di sekitar TSI penuh, kami memutuskan ke arah Cipanas. Staycation-nya akan dipost selanjutnya ya.
Pesan moral dari perjalanan ini: “setidaknya cari tahu dulu tempat tujuan kita, jangan bermodal pengalaman yang waktu ke TSI cuma keliling-keliling saja dan waktu itu merasa rugi karena harganya mahal.” Makanya kunjungi dulu website nya ya di tamansafari.com Hahahahhaa… yuk kesana lagi besok-besok dengan persiapan dan tujuan yang lebih matang. Mungkin Azzam 5 tahun lah ya…
Sudah seminggu terakhir naik KRL ke kantor masyaallah penuhnya bikin pengen nangis banget. Ya tapi mau gimana lagi, kendaraan itu yang paling memungkinkan membawaku sampai di kantor dengan waktu yang paling singkat sekarang ini. Meski ya tetap aja telat sampai kantor.
Bukan, bukan karena ada Azzam. Ya sayanya ajah sih yang salah. Padahal tiap hari bangun jam 4 pagi, biasanya langsung masak air bukan bikin aor lemon, masak buat Azzam, potong buah, packing yang mau dibawa, kemudian mandi, sholat, sampai Azzam bangun, dan biasanya kami selesai jam 5:30-06:00. Selesai semua kami langsung ke Bintara buat taruh Azzam di rumah Ibu.
Balik mau cerita di KRL. Naik kereta jam 07:00 itu ya butuh perjuangan banget. Kondisi kereta yang tiba di Cakung sudah penuh. Begitu masuk, ada suara, “Ada yang gak hamil?” gak ada yang jawab. Ya Allah bangku prioritas 6 sudah penuh dengan Ibu-ibu hamil. Lagi musim hamil apa gimana sih? Ya ampun gimana ibu itu dong.
“Sebelah sana aja bu.” sahutan dari beberapa penumpang terdengar. Duh mau gerak aja susah, ini lagi nyari kursi. Ya tapi akhirnya selalu ada sih yang kasih. Hehehehe.
Ingatan saya terbang ke tahun 2018 awal hingga pertengahan. Iya apalagi kalo bukan pas hamil Azzam. Allah kok sayang banget ya sama saya. Kayaknya tahu banget buat kami yang ya selain nunggunya lama, buat hamil pakai program juga, ya pas aja hamil pas lagi kuliah. Kuliah paling banyak seminggu tiga kali ke kampus. Zaki juga baru pindah kerja dan kantornya belom sibuk banget. Jadilah setiap ke kampus diantar jemput. Pokoknya kemana-mana diantar deh. How lucky I am hehehe. Ya tapi pas anaknya sudah lahir aku kembali menjadi wonder woman, huft…
Ya udah pengen cerita itu ajah. bersyukur ceritanya. Allah memang paling tahu kapan waktunya ya? Tapi abis itu turun kereta susah cari gojek, hujan, telat ke kantor dan kemudian marah-marah lagi wa Zaki. Hahahahha… ya namanya manusia. Wkwkwkkwk. Postingan yang sangat berfaedah kan??? :))))
Terhitung September 2019, saya kembali ke kantor. Usia Azzam sudah 10 bulan lebih. Alhamdulillah masa-masa perjuangan drama kejar-kejaran ASIP karena si bayi Cuma bisa minum ASI telah terlewati. Azzam sudah memasuki fase MPASI (Makanan Pendamping ASI). Alhamdulillah sudah makan ini itu, tidak bergantung dengan ASI. Lucunya lagi karena kelamaan DBF (Direct Breastfeeding), Azzam jadi lupa nikmatnya mimik memakai dot. Hihihihi. Jadilah mimik ASIP pas ditinggal Ibu pakai gelas yang ada sedotannya. Seharian ditinggal Ibu, Azzam biasanya habis 100-200 ml saja. Biasaya mimik ASIP di jam snack, 1-2 jam sebelum atau sesudah makan.
Bagaimana stok ASIP di kulkas setelah Ibu masuk kerja? Alhamdulilah ada, meski tidak berlimpah ruah seperti Ibu-ibu yang suka posting ASIP satu freezer tersendiri. Rencana saya, saya mau kasih ASIP segar ke Azzam. Insyaallah dengan dua kali memompa di kantor, kebutuhan masih bisa terkejar.
Saya berkantor di Kementerian Kesehatan, yang sudah jelas pasti ada dong ruang amenyusui. Ruang menyusui yang terbilang lengkap dengan fasilitasnya dan tentu saja nyaman. Sofa besar yang bikin ngantukable, pompa ASI grade hospital, sterilizer, kulkas, wastafel tempat cuci botol, sampai pemberian makanan tambahan untuk Ibu menyusui. Lengkap pokoknya. Ruangannya tentu sjaa ber-AC dengan lampu penerangan yang tidak terlalu terang dan dinding ber-wallpapaer.
Sebagai pendatang baru, kemudian saya didaftakan ke grup WA Ibu Perah. Wow rame sekali, asyik nih. Belum lagi ceriita dari teman-teman saya serunya memompa ASI di ruang menyusui. Bisa sambil ghibah sesama busui ketika memerah dan katanya bisa menghasilkan hormon oksitosin yang bisa melancarkan dan meningkatkan produksi ASI. Wah, sepertinya akan menyenangkan. Begitu istimewanya posisi Ibu-ibu menyusui ya, alhamdulillah. Ya gimana gak istimewa semua sudah ada aturannya kok dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Kumplit. Standar ruang menyusui di gedung perkantoran.
Eh tapi, saya baru ngeh, kok ada ya, teman saya, di ruangan yang males buat memompa di ruang ASI. Kemudian ingatan saya muncul pada hasli penelitian tugas kuliah waktu itu. Iyah, saya dengan kelompok membuat tugas melakukan penelitian kualitatif terhadap motivasi Ibu menyusui yang bekerja untuk memberikan ASI ekslusif, yang lokasinya di Kementerian Kesehatan. Hihihihi biar gak ribet-ribet ye kan? Penelitian di kantor sendiri.
Hasilnya? Apakah semua Ibu bekerja di kantor saya melakukan ASI ekslusif? Jawabannya ternyata tidak. Karena ini bukan penelitian kuantitatif, maka kami mencari informan yang sekiranya dapat mewakili mengapa Ibu tersebut tidak memberikan ASI ekslusif. Padahal fasilitas di kantor kumplit. Dengan adanya Permenkes, seharusnya semua pegawai di kantor memahami kondisi Ibu menyusui. Didapatlah salah satu alasan karena ASInya tidak banyak. Banyak teori yang bilang ASI itu tergantung permintaan. Jadi ya rajin-rajinlah memompa.
Ada yang gak enak dengan bos kalau sering izin dan pekerjaan terbengkalai, dan ada juga yang merasa insecure kalau lihat hasil perahan Ibu-ibu lain jadi males buat memerah di ruang pumping. Pasrah dan sudahlah kasih sufor saja. Ya gak papah juga sih.
Jadi gimana dengan saya? Apakah dengan fasilitas yang bagus dan lengkap saya jadi semangat memompa? Asi jadi deras? Jawabannya ya dan tidak. Awalnya sih iyah, saya semangat sekali, sampai suatu ketika Ibu-ibu yang memang mungkin tidak dengan sengaja memperlihatkan hasil perahan mereka yang jumlahnya bisa 3-4 kali dari hasil perahan saya. Waduh… yang tadinya saya cuek, kemudian jadi ciut. Insecure. Kemudian yang awalnya PD gak pake apron (alat penutup dada) jadi besoknya pake apron atau ditutupin jilbab botol hasil perahannya. Nuang ke botolnya pun malu-malu. Duh jangan sampai deh kelihatan Ibu-ibu lainnya. Yang awalnya ingin ngobrol jadi males. Walhasil ngaruh ke psikologis, hasil perahan makin surut, karena ya TIDAK HAPPY. Wkwkwkwk.
Besoknya saya memutuskan untuk pumping di kubikel saja. Awalnya saya malu, tapi kemudian ya maap-maap ya… ketutupan kok. Pake apron kok, aman, tetap sesuai syariah. Sambil ngemil, sambil nonton youtube, sambil kerja kadang. Ya bebas lah. Gak lihat hasil perahan Ibu-ibu lainnya. Kelar, langsung masukin kulkas. Cuci pompa biarlah urusan nanti di rumah saja.
Baru sadar, di ruang menyusui memang ada beberapa tipe Ibu-ibu memerah. Salah satunya ya itu. Ada yang pake apron, ada yang cuek bebek saja. Kemudian ku menarik kesimpulan, kalau mereka yang memakai apron sepertinya seperti diriku. Insecure gak mau dilihat kalau hasil perahan ASInya tidak banyak. Iyah, soalnya nanya juga saya sama salah satu dan salah dua Ibu-ibu. Tentunya dengan cara bertanya yang gak menghakimi. Lah, orang senasib kan. Hehehe.
Ya udah, saya sekarang kadang pumping di kubikel, kadang di ruang pumping. Ya emang salah saya juga dapat teman pumpingnya yang ASInya banyak. Terus gak PD-an. Kepo maksimal juga. Padahal yah, seberapun dapatnya ya disyukuri aja. Yang penting hasilnya cukup buat anak kita kan. Soalnya ada, Ibu-ibu yang Asinya buanyak, tapi anaknya gak mau minum ASIP. Padahal dia sudah mencoba berbagai media pemberian. Walhasil hasil perahannya itu buat mandi. Hehehehe. Lalu untuk apa dia memompa? Ya itu tadi kan anaknya masih dbf. Jadi biar stok ASInya tidak habis karena selalu ada permintaan.
Tapi ya Ibu-ibu, percayalah Ibu itu insyaallah yang terbaik buat anaknya. Apapun keputusan yang dipilih Ibu, pasti mengutamakan anak. Meskipun si Ibu malas pompa, yang terpenting si Ibu bahagia. Gak kayak saya yang insecure-an dan kemudian makanya saya memilih yang membuat saya bahagia dengan pumping di kubikel. Yah sayang sih gak dapat makanan tambahan. Ah sudahlah, jajan ajah banyak kok kang jajan di kantor. Hahahhaa.
Semoga semua anak-anak di Indonesia bahagia karena sang Ibu bahagia dengan apapun pilihannya ya. Aamiin.
hasil perahan di kubikel today 🙂 100 ml alhamdulillah
Seingat saya, mulai nonton Drama Korea itu dimulai dari ditawarin teman kantor. Namanya Sari. Beneran waktu itu saya bingung sama orang-orang yang hobi nonton drama Korea, lagu Korea, sampai boyband Korea. Di mana sih asyiknya? Belum lagi mereka yang sampai segitunya mengidolakan laki-laki yang katanya sebagian orang bilang kekurangan testosteron itu. Iyes juga sih saking mulusnya muka. Hehehehe.
Nah akhirnya, teman saya itu meminjamkan saya kaset DVD drama korea yang berjudul Heart String. Pemerannya itu Yong Hwa-nya CN Blue sama Park Shin Hye. Ceritanya itu ringan banget ya Allah kek gak ada beban hidup. Biasalah drama Korea yang awalnya ceweknya yang suka, cowoknya jual mahal sampai akhirnya berbalik si cowok yang tergila-gila sama ceweknya. Eh gak tauknya orang tua mereka saling kenal dan punya kenangan manis. Pilihannya, ortu atau anak-anak yang bahagia. Akhirnya yang tua ngalah sih. Dah gitu doang. Gak diceritain akhirnya mereka menikah aau tidak. Ya orang pada masih kuliah kan.
Drama itulah yang menjadi titik balik. Yaelah titik balik. Iyah kujadi mulai suka. Abis gimana yah, manis banget itu si cowok pas ngerayu-rayu ceweknya. Ya kan mana juga cewek macam saya tidak ketagihan nonoton drama Korea. Lihat cowok ganteng, muka mulus, dengan kelakuan manis banget kek boba. Sejak itu saya mulai mencari-cari drama korea. Bahkan sampai beli DVD bajakannya dong. Bodo amat gak mikirlah kalau beli bajakan itu salah. Gak mikir beli juga buang-buang uang. Kenapa juga gak donlot aja. Males ah, rempong. Sepulang kerja langsung ajah di depan tivi. Kalau weekend saya sampai minta izin begadang sama suami, buat nonton. Mana kalau sudah mulai, penasaran banget sama endingnya dong. Oh iya syarat drama yang saya tonton itu syaratnya harus happy ending. Kalau gak happy ending, males ah. Ntahlah saya seperti mencari kebahagiaan semu. Hati adem gitu lihat model percintaan mereka yang so sweet gitu. Hahahaha. Tapi untungnya gak sampai berharap suami jadi kek oppa-oppa di drakor sih. Masih nginjek bumi lah saya mah.
Epiknya lagi, waktu lebaran, saya sampai bawa hardisk buat menyimpan film dari sepupu suami. Hahaha. Iyah anak kuliahan di Yogya, cuma butuh modal warnet sama hardisk ajah, udah bisa menikmati banyak judul film Korea yang bagus-bagus itu. Yah mahasiswa mana maulah keluar uang yang tidak sedikit buat beli kaset dvd. Nah sayangnya kadang saya kurang puas gitu nonton di laptop. Sedangkan tv kami kala itu belum mendukung untuk dicolok-colokin ke hard disk.
Selain dari dvd dan hardisk saya juga nonton yang streaming dong. Di mana itu drama masih tayang di negara asalnya sana. Tiap minggu itu jadi gak sabar menunggu jadwal hari tayangnya. Donlot aplikasi juga iyah. Viki namanya waktu itu. Nonton di kantor? Jangan ditanya. Bahkan bos saya memaklumi hobi saya yang satu ini. Yang penting kerjaan kelar sih. Hehehe. No problemo.
Bagaimana dengan boyband atau girlband-nya? Apakah saya jadi ngefans sama mereka juga? Iya sih. Tapi sedikit. Gak ngefans banget. Palingan yang saya suka itu ya lagu-lagu dari soundtrack drakor favorit saya saja. Setiap malam apa gitu saya juga nonton infotainment yang memberitakan gosip-gosip artis Korea gitu. Zamannya SnSd, Bora, apalagi yah. Gak terlalu apal sih.
Oke, kembali ke judul kenapa saya bisa sembuh dari penyakit akut kecanduan korea?
Seingat saya, drama korea terakhir yang saya tonton itu Descendents of The Sun deh. Drama yang menjadikan Song-song couple bertemu dan kemudian menikah dan akhirnya tidak bertahan lama mereka bercerai. Tahun 2017 waktu itu. Tahun itu juga saya tugas belajar. Waktu saya di rumah seharusnya lebih banyak dong. Pagi kuliah, ngerjain tugas, beberes rumah, masak, dan me-time. Me-time saya ya apalagi kalau tidak baca buku dan nonton you-tube. Tapi anehnya pemirsa, justru pada saat itulah tiba-tiba saya males aja nonton drakor.
Kemudian saya hamil, di mana energi “the power of doing nothing” itu besar sekali saya malah hilang hasrat untuk nonton drakor. Malah yang ada saya hobi nonton youtube Ria SW, Tasya Farasya, Fatiya Biya, Suhay Salim, sampai Mat Kiding. Teman saya yang saya racunin drakor pun terheran-heran. Bahkan dia masih hobi nonton dan mempengaruhi saya dengan cerita-cerita drakor yang seru. Genre gadis miskin dapat CEO gitu juga pastinlaris. Lagi-lagi saya malas dan sama sekali gak tertarik. Bahkan teman saya sudah mengiming-imingi pemain oppa-nya ganteng, saya waktu itu lebih memilih bobo siang, baca buku, atau ngeblog. Percaya deh, waktu itu saya rajin ngeblog. Eh pas udah hamil kok jadi males. Salahin hormon ajah yah.
Nah jadi gimana? Mau mulai nonton lagi atau tidak. Menurut saya sih baiknya ya gak memulai lagi. Ambyarlah bisa dibilang sayang sih waktunya. Bisa diisi hal-hal yang lebih produktif. Kek apa ya? Ngeblog, belajar apa gitu, baca buku. Apa ajalah.
Eh tapi yang mau me-time an nonton drakor ya gak papah loh ya. Semuanya ada waktunya kok. Percayalah. Saya pikir juga dulu saya gak akan bosan. Wong produksi dramanya terus menerus. Eh datang juga rasa bosan.
Yang lucu, virus hobi nonton Korea akhirnya saya tularkan ke suami. Hobi suami memang nonton film. Nah, sekarang hobinya nonton chanel TVN dong. Untungnya sih sukanya film yang sekali habis, bukan drama yang sekian episode.
Gak dipungkiri, Korea itu keren banget industri filmnya. Jalan ceritanya ada ajah, sulit ditebak, dan bisa mengobrak-abrik emosi penontonnya. Genre action, spy, dan sejarahnya juga bagus.
Nah jadi apa tipsnya biar sembuh dari kecanduan virus drakor? Hamil? Hahahaha ya nggak gitu. Ya alihkan ajah dengan kegiatan lain yang lebih seru. Ghibah misalnya, eh bukan-bukan, itumah dosa. Beresin rumah kek, nyikatin kamar mandi juga boleh, dan satu lagi sudahlah jangan mulai lagi. Tapi tidak menutup kemungkinan juga yah saya bakal kecanduan lagi. Hihihi…